- Back to Home »
- Dakwah (Tetaplah Semangat Layaknya Jus yang Nikmat)
Posted by : Unknown
Kamis, 13 Februari 2014
DAKWAH
(Tetaplah
Semangat Layaknya Jus yang Nikmat)
“Dan berapa
banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya)
yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di
jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah
menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 146)
Dakwah
menurut bahasa arab diartikan mengajak, menyeru, dan memanggil. Sedangkan, bila
diartikan dalam ruang lingkup yang lebih luas dakwah dapat diartikan “Mendorong (memotivasi) untuk berbuat
baik, mengikuti petunjuk (Allah), menyuruh orang mengerjakan kebaikan, melarang
mengerjakan kejelekan, agar dia bahagia di dunia dan akhirat”. Dakwah
mempunyai banyak unsur didalamnya seperti: da'i, mad'uw, dakwah, materi dakwah,
cara-cara penyampaiannya.
Dalam hidup akan
banyak ditemui bermacam jalan. Kadang datar, kadang menurun, kadang pula
meninggi. Begitu pula dalam perjalanan dakwah. Ada saatnya para muharrik
(orang yang bergerak) menemui jalan yang lurus dan mudah. Namun tidak jarang
menjumpai onak dan duri. Hal demikian juga terjadi pada muharrik.
Suatu saat ia memiliki kondisi iman yang tinggi. Di saat lain, iapun dapat
mengalami degradasi iman. Tabiat manusia memang menggariskan demikian.
Dalam kondisi
iman yang turun ini, para muharrik kadang terkena satu penyakit yang
membahayakan kelangsungan gerang langkah dakwah, yaitu penyakit futur atau
kelesuan. Saudaraku…Futur berarti putusnya kegiatan setelah kontinyu
bergerak atau diam setelah bergerak, atau malas, lamban dan santai setelah
sungguh-sungguh.Terjadinya futur bagi muharrik,
sebenarnya merupakan hal yang wajar. Asal saja tidak mengakibatkan terlepasnya muharrik dari roda dakwah. Hanya
malaikat yang mampu kontinyu mengabdi kepada Allah dengan kualitas terbaik.
Firman Allah, “dan
kepunyaan-Nyalah segala apa yang di langit dan di bumi dan malaikat-malaikat
yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan
tidak pula merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada hentinya.”
(Al-Anbiya: 19-20)
Karena itu Rasulallah sering
berdoa:
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah
sebaik-baik umurku akhirnya. Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik amalku
keridhaan-Mu. Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik hariku saat bertemu dengan-Mu.”
Penyebab Futur
Walaupun futur merupakan hal yang
mungkin terjadi bagi muharrik, ada
beberapa penyebab yang dapat menyegerakan timbulnya:
1. Berlebihan
dalam din (Bersikap keras dan berlebihan dalam beragama)
Berlebihan pada suatu jenis amal akan berdampak kepada terabaikannya
kewajiban-kewajiban lainnya. Dan sikap yang dituntut pada kita dalam beramal
adalah washathiyyah atau sedang dan tengah-tengah agar tidak terperangkap dalam
ifrath dan tafrith (mengabaikan kewajiban yang lain).
Dalam hadits yang lain Rasul bersabda:
“Sesungguhnya Din itu mudah, dan tidaklah seseorang
mempersulitnya kecuali akan dikalahkan atau menjadi berat mengamalkannya.”
(H.R. Muslim)
Karena itu, amal yang paling di sukai Allah swt. adalah
yang sedikit dan kontinyu.
2. Berlebih-lebihan
dalam hal yang mubah. (Berlebihan dan melampaui batas dalam
mengkonsumsi hal-hal yang diperbolehkan)
Mubah adalah sesuatu yang dibolehkan. Namun para sahabat
sangat menjaganya. Mereka lebih memilih untuk menjauhkan diri dari hal yang
mubah karena takut terjatuh pada yang haram. Berlebihan dalam makanan
menyebabkan seseorang menjadi gemuk. Kegemukan akan memberatkan badan. Sehingga
orang menjadi malas. Malas membuat seseorang menjadi santai. Dan santai
mengakibatkan kemunduran. Karena itu secara keseluruhan hal ini bisa
menghalangi dalam amal dakwah.
3. Memisahkan
diri dari kebersamaan atau jamaah (Mengedepankan hidup menyendiri dan
berlepas dari organisasi atau berjamaah).
Jauhnya seseorang dari berjamaah membuatnya mudah
didekati syaitan. Rasul bersabda: “Setan itu akan menerkam manusia yang
menyendiri, seperti serigala menerkam domba yang terpisah dari kawanannya.”
(H.R. Ahmad)
Jika setan telah memasuki hatinya, maka tak sungkan
hatinya akan melahirkan zhan
(prasangka) yang tidak pada tempatnya kepada organisasi atau jamaah. Jika
berlanjut, hal ini menyebabkan hilangnya sikap tsiqah (kepercayaan) kepada organisasi atau jamaah.
Dengan berjamaah, seseorang akan selalu mendapatkan
adanya kegiatan yang selalu baru. Ini terjadi karena jamaah merupakan kumpulan
pribadi, yang masing-masing memiliki gagasan dan ide baru. Sedang tanpa jamaah
seseorang dapat terperosok kepada kebosanan yang terjadi akibat kerutinan.
Karena itu imam Ali berkata: “Sekeruh-keruh hidup berjamaah, lebih baik
dari bergemingnya hidup sendiri.”
4. Sedikit
mengingat akhirat (Lemah dalam mengingat kematian dan kehidupan
akhirat)
Saudaraku…banyak mengingat kehidupan
akhirat membuat seseorang giat beramal. Selalu diingat akan adanya hisab atas
setiap amalnya. Kebalikannya, sedikit mengingat kehidupan akhirat menyulitkan
seseorang untuk giat beramal. Ini disebabkan tidak adanya pemacu amal berupa
keinginan untuk mendapatkan ganjaran di sisi Allah pada hari yaumul hisab
nanti. Karena itu Rasulullah bersabda: “Jika sekiranya engkau mengetahui
apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan banyak menangis dan sedikit tertawa.”
5. Melalaikan
amalan siang dan malam (Tidak memiliki komitmen yang baik dalam
mengamalkan aktivitas ’ubudiyah harian)
Pelaksanaan ibadah secara tekun, membuat seseorang
selalu ada dalam perlindungan Allah. Selalu terjaga komunikasi sambung rasa
antara ia dengan Allah swt. Ini membuatnya mempersiapkan kondisi ruhiyah atau
spiritual yang baik sebagai dasar untuk bergerak dakwah. Namun sebaliknya,
kelalaian untuk melaksanakan amalan, berupa rangkaian ibadah baik yang wajib
maupun sunnah, dapat membuat seseorang terjerumus untuk sedikit demi sedikit
merenggangkan hubungannya dengan Allah. jika ini terjadi, maka sulit baginya menjaga
kondisi ruhiyah dalam keadaan taat kepada Allah. kadang hal ini juga berkaitan
dengan kemampuan untuk berbicara kepada hati. Dakwah yang benar, selalu
memulainya dengan memanggil hati manusia, sementara sedikitnya pelaksanaan
ibadah membuatnya sedikit memiliki cahaya.Allah berfirman: “Barang siapa
tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah ia mempunyai cahaya sedikit
pun.” (An-Nur: 40)
6. Masuknya
barang haram ke dalam perut (Mengkonsumsi sesuatu yang syubhat,
apalagi haram)
7. Tidak
mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan. (Tidak mempersiapkan
diri untuk menghadapi berbagai rintangan dan tantangan dakwah)
Setiap perjuangan selalu menghadapi tantangan. Haq dan
bathil selalu berusaha untuk memperbesar pengaruhnya masing-masing. Akan selalu
ada orang-orang pendukung Islam. Di lain pihak akan selalu tumbuh orang-orang
pendukung hawa nafsu. Dan dalam waktu yang Allah kehendaki akan bertemu dalam
suatu “fitnah”. Dalam bahasa Arab, kata “fitnah” berasal dari kata yang
digunakan untuk menggambarkan proses penyaringan emas dari batu-batu lainnya.
Karena itu “fitnah” merupakan sunnatullah yang akan mengenai para pelaku
dakwah. Dengan “fitnah” Allah juga menyaring siapa hamba yang masuk golongan
shadiqin dan siapa yang kadzib (dusta). Dan jika fitnah itu datang, sementara
ia tidak siap menerimanya, besar kemungkinan akan terjadi pengubahan orientasi
dalam perjuangannya. Dan itu membuat futur. Allah Berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya di antara
istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka hati-hatilah
kamu terhadap mereka.” (Al-Ahqaf: 14)
8. Bersahabat
dengan orang-orang yang lemah (Berteman dengan orang-orang yang buruk
dan bersemangat rendah)
Kondisi lingkungan dapat menentukan kualitas seseorang.
Teman yang baik akan melahirkan lingkungan yang baik. Akan tumbuh suasana
ta’awun atau tolong-menolong dan saling menasihatkan. Sementara teman yang
buruk dapat melunturkan hamasah (kemauan) yang semula telah menjadi tekad.
Karena itu Rasulullah bersabda:
“Seseorang atas diri sahabatnya, hendaklah melihat
salah seorang di antara kalian siapa ia berteman.” (H.R. Abu Daud)
9. Spontanitas
dalam beramal (Tidak ada perencanaan yang baik dalam beramal, baik
dalam skala individu atau fardi maupun komunitas atau jama’i)
Amal yang tidak terencana, yang tidak memiliki tujuan
sasaran dan sarana yang jelas, tidak dapat melahirkan hasil yang diharapkan.
Hanya akan timbul kepenatan dalam berdakwah, sementara hasil yang ditunggu tak
kunjung datang. Karena itu setiap amal harus memiliki minhajiatul amal
(sistematika kerja). Hal ini akan membuat ringan dan mudahnya suatu amal.
10. Jatuh
dalam kemaksiatan (Meremehkan dosa dan maksiat)
Perbuatan maksiat membuat hati tertutup dengan
kefasikan. Jika kondisi ini terjadi, sulit diharapkan seorang juru dakwah mampu
beramal untuk jamaahnya. Bahkan untuk menjaga diri sendiri pun sulit.
Cara Mengobati Futur
Saudaraku…Untuk mengobati
penyakit futur ini, beberapa ulama memberikan beberapa resep.
1. Jauhi
kemaksiatan
Kemaksiatan akan mendatangkan kemungkaran Allah. Dan
pada akhirnya membawa kepada kesesatan. Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu melampaui batas yang menyebabkan
kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barang siapa ditimpa musibah oleh kemurkaan-Ku,
maka binasalah ia.” (Thaha: 81)
Jauh dari kemaksiatan akan mendatangkan hidup yang akan
lebih berkah. Dengan keberkahan ini orang dapat terhindar dari penyakit futur.
Allah berfirman:
“Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan
bertaqwa, pastilah kami melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan
dari bumi.” (Al-A’raf: 96)
2. Tekun
mengamalkan amalan siang dan malam
Amalan siang dan malam dapat melindungi dan menjaga
pelaku dakwah untuk selalu berhubungan dengan Allah swt. Hal ini dapat
menjauhkannya dari perbuatan yang tidak mendapat restu dari Allah.
Allah berfirman:
“Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha
Penyayang itu, ialah orang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang
(mengandung) keselamatan. Dan orang-orang yang melalui malam harinya dengan
bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” (Al-Furqan: 63-64)
3. Mengintai
waktu-waktu yang baik
Dalam banyak hadits Rasulullah saw. banyak
menginformasikan adanya waktu-waktu tertentu dimana Allah swt. lebih
memperhatikan doa hamba-Nya. Sepertiga malam terakhir, hari Jum’at, antara dua
khutbah, ba’da Ashar hari Jum’at, bulan Ramadhan, bulan Zulqaedah, Zulhijjah,
Muharram, rajab dll. Waktu-waktu itu memiliki keistimewaan yang dapat
mengangkat derajat seseorang di hadapan Allah.
4. Menjauhi
hal-hal yang berlebihan.
Berlebihan dalam kebaikan bukan merupakan tindakan
bijaksana. Apalagi berlebihan dalam keburukan. Allah memerintah manusia sesuai
dengan kemampuannya.
Firman Allah:
“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah sesuai dengan
kesanggupanmu!” (At-Taghabun: 6)
Islam adalah Din tawazun (keseimbangan). Disuruhnya
pemeluknya memperhatikan akhirat, namun jangan melupakan kehidupan dunia.
Seluruh anggota tubuh dan jiwa mempunyai haknya masing-masing yang harus
ditunaikan. Dalam ayat lain Allah berfirman: “Demikianlah kami telah
menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan (adil) dan pilihan. (Al-Baqarah:
143)
5. Melazimi
Jamaah
“Berjamaah itu rahmat, Firqah (perpecahan) itu
azab.” demikian sabda Rasulullah. Dalam hadits yang lain beliau bersabda: “Barangsiapa
yang menghendaki tengahnya surga, hendaklah ia melazimi jamaah.”
Dengan jamaah seorang muharrik akan selalu berada dalam
majelis dzikir dan pikir. Hal ini membuatnya selalu terikat dengan komitmennya
semula. Juga jamaah dapat memberikan program dan kegiatan yang variatif.
Sehingga terhindarlah ia dari kebosanan dan rutinitas.
6. Mengenal
kendala yang akan menghadang
Saudaraku…
Pengetahuan pelaku dakwah dan pejuang akan tabiat jalan
yang hendak dilalui serta rambu-rambu yang ada, akan membuatnya siap, minimal
tidak gentar, untuk menjalani rintangan yang akan datang. Allah berfirman:
“Dan beberapa banyak Nabi yang berperang bersama
mereka sebagian besar karena bencana yang menimpa di jalan Allah, dan tidak
pula lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang
yang sabar.” (Ali Imran: 146)
7. Teliti
dan sistemik dalam kerja.
Dengan perencanaan yang baik, Pembagian tugas yang
jelas, serta kesadaran akan tanggung jawab yang diemban, dapat membuat harakah
menjadi harakatul muntijah (harakah yang berhasil). Perencanaan akan
menyadarkan pejuang, bahwa jalan yang ditempuh amat panjang. Tujuan yang akan
dicapai amat besar. Karena itu juga dibutuhkan waktu, amal dan percobaan yang
besar. Jika ini semua telah dimengerti, insya Allah akan tercapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan.
8. Memilih
teman yang shalih
Rasulullah bersabda:
“Seseorang tergantung pada sahabatnya, maka
hendaklah ia melihat dengan siapa ia berteman.” (H.R. Abu Daud)
9. Menghibur
diri dengan hal yang mubah
Bercengkerama dengan keluarga, mengambil secukupnya
kegiatan rekreatif serta memberikan hak badan secara cukup mampu membuat diri
menjadi segar kembali untuk melanjutkan amal yang sedang dikerjakan.
10. Mengingat
mati, surga dan neraka
Rasulullah bersabda: “Jika sekiranya engkau mengetahui
apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan banyak menangis dan sedikit tertawa.”
Saudaraku…Ketahuilah,
bahwa futur menyebabkan jalan dakwah yang harus di tempuh menjadi lebih
panjang, sebab tidak mendapatkan ma’iyatullah (kebersamaan dan
pembelaan Allah) dan daya intilaq (lompatan) kita menjadi lebih berat,
baik karena borosnya biaya dan rontoknya para pejuang dan penyeru dakwah.
Mudah-mudahan Allah selalu menjaga kita, Amin. Wallahu a’lam bis shawab
# disampaikan pada kajian immawati UM
# disampaikan pada kajian immawati UM