Archive for Februari 2014

Pentingnya Iman dalam Berorganisasi

PENTINGNYA IMAN DALAM BERORGANISASI

Terjemah:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”.
Kosakata:
Saffan              (As-Saff:4)
Saff artinya barisan. Dalam QS. As-Saff:4, Allah menyatakan bahwa Dia sangat menyukai umat Islam bersatu padu dalam sebuah barisan yang kukuh seperti bangunan kuat. Dalam Al-Qur’an terdapat kata-kata lain yang berakar pada kata ini, seperti as-saffuna dan as-saff yaitu rombongan para malaikat yang selalu dalam posisi berbaris artinya teratur rapi dan disiplin dalam melaksanakan tugasnya. As-sawwaf artinya unta-unta kurban yang disembelih dalam keadaan berdiri, dan masfufah yaitu tersusun rapinya tempat-tempat tidur atau gelas-gelas di dalam surga. Allah memuji orang-orang yang berjuang bersatu padu di jalan Allah.
Sabab Nuzul:
Menurut riwayat dari ‘Abdullah bin Salam, ia berkata,”Beberapa sahabat Nabi SAW mengajak kami duduk kemudian kami berkata,”Jika kami tahu perbuatan apa yang lebih disukai Allah kami pasti melakukannya,’maka turunlah ayat 1-4 QS.As-Saff ini.
Tafsir:
Dalam ayat ini Allah memuji orang-orang yang berperang di jalan-Nya dengan barisan yang teratur dan persatuan yang kokoh. Allah menyukai kaum Muslimin yang demikian. Tidak ada celah-celah perpecahan, walau yang kecil sekalipun, seperti tembok yang kokoh dan tersusun rapat dari batu-batu beton. Ayat ini mengisyaratkan kepada kaum muslimin agar mereka menjaga persatuan yang kuat dan persatuan yang kokoh, mempunyai semangat yang tinggi, suka berjuang, dan berkorban. Membentuk dan menjaga persatuan dan kesatuan di kalangan kaum muslimin berarti menyingkirkan segala sesuatu yang mungkin menimbulkan perpecahan, seperti perbedaan pendapat tentang sesuatu yang sepele dan tidak penting, sifat mementingkan diri sendiri, membangga-banggakan suku dan keturunan, mementingkan golongan, tidak berperikemanusiaan, dsb. Oleh karena itulah dalam membina persatuan dan kesatuan, Allah memperingatkan dan memerintahkan kaum muslimin menjada dan mengatur saf (barisan) dalam sholat dengan rapi, bahu membahu, tidak ada satupun tempat kosong. Tempat yang kosong akan diisi oleh setan, sedangkan setan adalah musuh manusia. Tidak baik jika seseorang sholat sendirian di belakang saf, kecuali dengan menarik ke belakang seorang yang berada dalam saf yang di depannya. Mengatur barisan dalam sholat merupakan latihan mengatur barisan dalam berjihad di jalan Allah.
Kesimpulan:
Allah memerintahkan kaum muslimin agar membina persatuan dan kesatuan yang kokoh dalam berjihad di jalan-Nya.
Terjemah:
“Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan  yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui, niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung.”
Kosakata:
Tunjikum                     (QS.As-Saff:10)
Kata tunji adalah fi’il mudari’ dari kata anja-yunji-inja’an yang berarti menyelamatkan. Ia berasal dari kata naja-yanja-najatan yang berarti terbebas dari sesuatu. Darinya diambil kata najwah yang berarti tempat tinggi yang diduga memberi keselamatan. Darinya diambil kata an-najiyyah yang berarti unta cepat yang bisa menyelamatkan penunggangnya. Kata naja juga berarti berbicara secara berbisik-bisik, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dalam bentuk najiyyan,”Maka ketika mereka berputus asa darinya (putusan Yusuf), mereka menyendiri (sambil berunding) dengan berbisik-bisik.” (QS.Yusuf:80) Juga seperti dalam firman Allah,”Wahai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum (melakukan) pembicaraan itu.” (QS.Al-Mujadalah:12) Dan yang dimaksud dengan kata tunjikum disini adalah menyelamatkan kalian.
Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad SAW kepada seluruh manusia dengan membawa petunjuk dan agama yang benar guna menggantikan agama-agama lain yang telah menyimpang. Pada ayat-ayat berikut ini dijelaskan bahwa beriman kepada Allah dan RasulNya, serta berjihad di jalanNya, baik dengan harta maupun jiwa dan raga, bagaikan sebuah perniagaan yang tidak pernah merugi.
Sabab Nuzul:
Qatadah meriwayatkan mengenai ayat “ya ayyuhalladzina amanu hal adullukum ‘ala tijarah”. Ia berkata,”Seandainya Allah tidak menjelaskan dan menunjukkan tentang “perdagangan” itu, tentu para sahabat menjadi putus asa untuk mengetahuinya sampai mereka mencari tahu tentang hal tersebut. Kemudian Allah menunjukkan kepada mereka penjelasan mengenai “perdagangan” itu. Maka Allah berfirman tu’minu billahi wa rasulihi.” (Riwayat Ibnu Abi Hatim dan At-Tabrani)
Tafsir:
(10-11) Dalam ayat ini Allah memerintahkan kaum muslimin agar melakukan amal shalih dengan mengatakan,”Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, apakah kamu sekalian mau Aku tunjukkan suatu perniagaan yang bermanfaat dan pasti mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda dan keberuntungan yang kekal atau melepaskan kamu dari api neraka.”
Ungkapan ayat di atas memberikan peringatan bahwa amal sholih dengan pahala yang besar, sama hebatnya dengan perniagaan yang tak pernah merugi karena ia akan masuk surga dan selamat dari api neraka. Firman Allah:
Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka (QS.At-Taubah:111)
Kemudian disebutkan bentuk-bentuk perdagangan yang memberikan keuntungan besar itu, yaitu:
1.      Senantiasa beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, adanya hari kiamat, qada’ dan qadar Allah.
2.      Mengerjakan amal shalih semata-mata karena Allah bukan karena riya’ adalah perwujudan iman seseorang.
3.      Berjihad di jalan Allah. Berjihad ialah segala macam upaya dan usaha yang dilakukan untuk menegakkan agama Allah. Ada dua macam jihad yang disebut dalam ayat ini yaitu berjihad dengan jiwa raga dan berjihad dengan harta. Berjihad dengan jiwa raga ialah berperang melawan musuh-musuh agama yang menginginkan kehancuran Islam dan kaum muslimin. Berjihad dengan harta yaitu membelanjakan harta benda untuk menegakkan kalimat Allah, seperti untuk biaya berperang, mendirikan masjid, rumah ibadah, skeolah, rumah sakit, dan kepentingan umum lainnya. Disamping itu ada bentuk-bentuk jihad yang lain, yaitu jihad menentang hawa nafsu, mengendalikan diri, berusaha membentuk budi pekerti yang baik pada diri sendiri, menghilangkan rasa iri, dsb.
Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa iman dan jihad itu adalah perbuatan yang paling baik akibatnya, baik untuk diri sendiri, anak-anak, keluarga, harta benda, dan masyaraka, jika manusia itu memahami dengan sebenar-benarnya.
(12) Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Al-Hakim dan diriwayatkan sahih dari ‘Abdullah bin Salam bahwa ketika para sahabat Rasulullah sedang duduk-duduk santai sambil berbincang-bincang, diantara mereka ada yang berkata,”Sekiranya kami mengetahui amal yang lebih dicintai Allah pasti kami akan mengerjakannya,”maka turunlah ayat ini.
Jika manusia beriman, mengakui kebenaran Rasulullah SAW, dan berjihad  di jalanNya, pasti Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Seakan-akan dosa itu tidak pernah diperbuatnya atau menjauhkannya dari perbuatan dosa itu. Allah juga menyediakan tempat bagi mereka di dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tempat di dalam surga adalah tempat yang paling indah, dan yang paling menyenangkan hati orang yang berada di dalamnya.
Kesimpulan:
1.      Perdagangan paling besar keuntungannya dan dapat menghindarkan diri dari azab yang pedih ialah beriman kepada Allah dan RasulNya, beramal sholih, dan berjihad di jalan Allah.
2.      Allah mengampuni dosa orang-orang yang beriman dan berjihad serta membalas mereka dengan surga yang penuh kenikmatan.
3.      Allah menjanjikan kemenangan kepada Rasulullah SAW dan kaum muslimin.
Penutup:
Surat ini menganjurkan agar orang-orang mukmin selalu menyesuaikan ucapan dengan perbuatan, dan menerima tawaran Allah yaitu perbuatan ampunan dan surga yang dapat dicapai dengan iman dan berjihad di jalanNya dengan harta dan jiwa.

Minggu, 16 Februari 2014
Posted by Unknown

Nestapa di Penghujung Tahun

NESTAPA DI PENGHUJUNG TAHUN

Kulihat tragedi itu di depan mataku
Denyut jantungku berdetak
Keringat dinginku mengalir
Ada sesuatu yang tak bisa kutahan
Sesuatu itu terus mendesakku
Terus mendorongku
Hingga ku tak bisa menahannya lagi
Dingin, itu yang kurasakan di pipiku
Ketika aku tahu aku tlah kehilangan kau, sahabatku

Teriakan para ibu
Tangisan anak kecil
Suara gelombang itu menderu
Begitu derasnya
Hingga kau pun ikut terbawa
Aku pun tak tahu kau dimana

Di penghujung tahun
Kesedihan, kegelisahan, menghantam bumimu
Bumi yang sangat engkau cintai
Sementara,
Suara terompet, petasan, kembang api menggelegar di cakrawala
Sorak gembira mereka agung-agungkan

Teriris hati ini mendengarnya
Mendengar suara gegap gempita
Di tengah tangisan anak kecil yang menggigil
Tiada sanak tiada tempat berteduh

Akankah mereka sadar bahwa apabila mereka mengalaminya
Mereka tidak akan bisa tertawa
Sadarkah mereka arti kehidupan
Tahukah mereka…
Apa yang telah mereka siapkan saat ajal mendatangi mereka?

#buat sahabatku di bumi Aceh
From Innany (memoar Tsunami 2005)


Sabtu, 15 Februari 2014
Posted by Unknown

Dakwah (Tetaplah Semangat Layaknya Jus yang Nikmat)

DAKWAH
(Tetaplah Semangat Layaknya Jus yang Nikmat)

“Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 146)

Dakwah menurut bahasa arab diartikan mengajak, menyeru, dan memanggil. Sedangkan, bila diartikan dalam ruang lingkup yang lebih luas dakwah dapat diartikan  “Mendorong (memotivasi) untuk berbuat baik, mengikuti petunjuk (Allah), menyuruh orang mengerjakan kebaikan, melarang mengerjakan kejelekan, agar dia bahagia di dunia dan akhirat”. Dakwah mempunyai banyak unsur didalamnya seperti: da'i, mad'uw, dakwah, materi dakwah, cara-cara penyampaiannya.
Dalam hidup akan banyak ditemui bermacam jalan. Kadang datar, kadang menurun, kadang pula meninggi. Begitu pula dalam perjalanan dakwah. Ada saatnya para muharrik (orang yang bergerak) menemui jalan yang lurus dan mudah. Namun tidak jarang menjumpai onak dan duri. Hal demikian juga terjadi pada muharrik. Suatu saat ia memiliki kondisi iman yang tinggi. Di saat lain, iapun dapat mengalami degradasi iman. Tabiat manusia memang menggariskan demikian.
Dalam kondisi iman yang turun ini, para muharrik kadang terkena satu penyakit yang membahayakan kelangsungan gerang langkah dakwah, yaitu penyakit futur atau kelesuan. Saudaraku…Futur berarti putusnya kegiatan setelah kontinyu bergerak atau diam setelah bergerak, atau malas, lamban dan santai setelah sungguh-sungguh.Terjadinya futur bagi muharrik, sebenarnya merupakan hal yang wajar. Asal saja tidak mengakibatkan terlepasnya muharrik dari roda dakwah. Hanya malaikat yang mampu kontinyu mengabdi kepada Allah dengan kualitas terbaik.
Firman Allah, “dan kepunyaan-Nyalah segala apa yang di langit dan di bumi dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak pula merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada hentinya.” (Al-Anbiya: 19-20)
Karena itu Rasulallah sering berdoa:
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku akhirnya. Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik amalku keridhaan-Mu. Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik hariku saat bertemu dengan-Mu.”

Penyebab Futur
Walaupun futur merupakan hal yang mungkin terjadi bagi muharrik, ada beberapa penyebab yang dapat menyegerakan timbulnya:
1.      Berlebihan dalam din (Bersikap keras dan berlebihan dalam beragama)
Berlebihan pada suatu jenis amal akan berdampak kepada terabaikannya kewajiban-kewajiban lainnya. Dan sikap yang dituntut pada kita dalam beramal adalah washathiyyah atau sedang dan tengah-tengah agar tidak terperangkap dalam ifrath dan tafrith (mengabaikan kewajiban yang lain).
Dalam hadits yang lain Rasul bersabda:
“Sesungguhnya Din itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulitnya kecuali akan dikalahkan atau menjadi berat mengamalkannya.” (H.R. Muslim)
Karena itu, amal yang paling di sukai Allah swt. adalah yang sedikit dan kontinyu.
2.      Berlebih-lebihan dalam hal yang mubah. (Berlebihan dan melampaui batas dalam mengkonsumsi hal-hal yang diperbolehkan)
Mubah adalah sesuatu yang dibolehkan. Namun para sahabat sangat menjaganya. Mereka lebih memilih untuk menjauhkan diri dari hal yang mubah karena takut terjatuh pada yang haram. Berlebihan dalam makanan menyebabkan seseorang menjadi gemuk. Kegemukan akan memberatkan badan. Sehingga orang menjadi malas. Malas membuat seseorang menjadi santai. Dan santai mengakibatkan kemunduran. Karena itu secara keseluruhan hal ini bisa menghalangi dalam amal dakwah.
3.      Memisahkan diri dari kebersamaan atau jamaah (Mengedepankan hidup menyendiri dan berlepas dari organisasi atau berjamaah).
Jauhnya seseorang dari berjamaah membuatnya mudah didekati syaitan. Rasul bersabda: “Setan itu akan menerkam manusia yang menyendiri, seperti serigala menerkam domba yang terpisah dari kawanannya.” (H.R. Ahmad)
Jika setan telah memasuki hatinya, maka tak sungkan hatinya akan melahirkan zhan (prasangka) yang tidak pada tempatnya kepada organisasi atau jamaah. Jika berlanjut, hal ini menyebabkan hilangnya sikap tsiqah (kepercayaan) kepada organisasi atau jamaah.
Dengan berjamaah, seseorang akan selalu mendapatkan adanya kegiatan yang selalu baru. Ini terjadi karena jamaah merupakan kumpulan pribadi, yang masing-masing memiliki gagasan dan ide baru. Sedang tanpa jamaah seseorang dapat terperosok kepada kebosanan yang terjadi akibat kerutinan. Karena itu imam Ali berkata: “Sekeruh-keruh hidup berjamaah, lebih baik dari bergemingnya hidup sendiri.”
4.      Sedikit mengingat akhirat (Lemah dalam mengingat kematian dan kehidupan akhirat)
Saudaraku…banyak mengingat kehidupan akhirat membuat seseorang giat beramal. Selalu diingat akan adanya hisab atas setiap amalnya. Kebalikannya, sedikit mengingat kehidupan akhirat menyulitkan seseorang untuk giat beramal. Ini disebabkan tidak adanya pemacu amal berupa keinginan untuk mendapatkan ganjaran di sisi Allah pada hari yaumul hisab nanti. Karena itu Rasulullah bersabda: “Jika sekiranya engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan banyak menangis dan sedikit tertawa.”
5.      Melalaikan amalan siang dan malam (Tidak memiliki komitmen yang baik dalam mengamalkan aktivitas ’ubudiyah harian)
Pelaksanaan ibadah secara tekun, membuat seseorang selalu ada dalam perlindungan Allah. Selalu terjaga komunikasi sambung rasa antara ia dengan Allah swt. Ini membuatnya mempersiapkan kondisi ruhiyah atau spiritual yang baik sebagai dasar untuk bergerak dakwah. Namun sebaliknya, kelalaian untuk melaksanakan amalan, berupa rangkaian ibadah baik yang wajib maupun sunnah, dapat membuat seseorang terjerumus untuk sedikit demi sedikit merenggangkan hubungannya dengan Allah. jika ini terjadi, maka sulit baginya menjaga kondisi ruhiyah dalam keadaan taat kepada Allah. kadang hal ini juga berkaitan dengan kemampuan untuk berbicara kepada hati. Dakwah yang benar, selalu memulainya dengan memanggil hati manusia, sementara sedikitnya pelaksanaan ibadah membuatnya sedikit memiliki cahaya.Allah berfirman: “Barang siapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah ia mempunyai cahaya sedikit pun.” (An-Nur: 40)
6.      Masuknya barang haram ke dalam perut (Mengkonsumsi sesuatu yang syubhat, apalagi haram)
7.      Tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan. (Tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai rintangan dan tantangan dakwah)
Setiap perjuangan selalu menghadapi tantangan. Haq dan bathil selalu berusaha untuk memperbesar pengaruhnya masing-masing. Akan selalu ada orang-orang pendukung Islam. Di lain pihak akan selalu tumbuh orang-orang pendukung hawa nafsu. Dan dalam waktu yang Allah kehendaki akan bertemu dalam suatu “fitnah”. Dalam bahasa Arab, kata “fitnah” berasal dari kata yang digunakan untuk menggambarkan proses penyaringan emas dari batu-batu lainnya. Karena itu “fitnah” merupakan sunnatullah yang akan mengenai para pelaku dakwah. Dengan “fitnah” Allah juga menyaring siapa hamba yang masuk golongan shadiqin dan siapa yang kadzib (dusta). Dan jika fitnah itu datang, sementara ia tidak siap menerimanya, besar kemungkinan akan terjadi pengubahan orientasi dalam perjuangannya. Dan itu membuat futur. Allah Berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka hati-hatilah kamu terhadap mereka.” (Al-Ahqaf: 14)
8.      Bersahabat dengan orang-orang yang lemah (Berteman dengan orang-orang yang buruk dan bersemangat rendah)
Kondisi lingkungan dapat menentukan kualitas seseorang. Teman yang baik akan melahirkan lingkungan yang baik. Akan tumbuh suasana ta’awun atau tolong-menolong dan saling menasihatkan. Sementara teman yang buruk dapat melunturkan hamasah (kemauan) yang semula telah menjadi tekad. Karena itu Rasulullah bersabda:
“Seseorang atas diri sahabatnya, hendaklah melihat salah seorang di antara kalian siapa ia berteman.” (H.R. Abu Daud)
9.      Spontanitas dalam beramal (Tidak ada perencanaan yang baik dalam beramal, baik dalam skala individu atau fardi maupun komunitas atau jama’i)
Amal yang tidak terencana, yang tidak memiliki tujuan sasaran dan sarana yang jelas, tidak dapat melahirkan hasil yang diharapkan. Hanya akan timbul kepenatan dalam berdakwah, sementara hasil yang ditunggu tak kunjung datang. Karena itu setiap amal harus memiliki minhajiatul amal (sistematika kerja). Hal ini akan membuat ringan dan mudahnya suatu amal.
10.  Jatuh dalam kemaksiatan (Meremehkan dosa dan maksiat)
Perbuatan maksiat membuat hati tertutup dengan kefasikan. Jika kondisi ini terjadi, sulit diharapkan seorang juru dakwah mampu beramal untuk jamaahnya. Bahkan untuk menjaga diri sendiri pun sulit.

Cara Mengobati Futur
Saudaraku…Untuk mengobati penyakit futur ini, beberapa ulama memberikan beberapa resep.
1.      Jauhi kemaksiatan
Kemaksiatan akan mendatangkan kemungkaran Allah. Dan pada akhirnya membawa kepada kesesatan. Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu melampaui batas yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barang siapa ditimpa musibah oleh kemurkaan-Ku, maka binasalah ia.” (Thaha: 81)
Jauh dari kemaksiatan akan mendatangkan hidup yang akan lebih berkah. Dengan keberkahan ini orang dapat terhindar dari penyakit futur. Allah berfirman:
“Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan dari bumi.” (Al-A’raf: 96)
2.      Tekun mengamalkan amalan siang dan malam
Amalan siang dan malam dapat melindungi dan menjaga pelaku dakwah untuk selalu berhubungan dengan Allah swt. Hal ini dapat menjauhkannya dari perbuatan yang tidak mendapat restu dari Allah.
Allah berfirman:
“Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu, ialah orang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang (mengandung) keselamatan. Dan orang-orang yang melalui malam harinya dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” (Al-Furqan: 63-64)
3.      Mengintai waktu-waktu yang baik
Dalam banyak hadits Rasulullah saw. banyak menginformasikan adanya waktu-waktu tertentu dimana Allah swt. lebih memperhatikan doa hamba-Nya. Sepertiga malam terakhir, hari Jum’at, antara dua khutbah, ba’da Ashar hari Jum’at, bulan Ramadhan, bulan Zulqaedah, Zulhijjah, Muharram, rajab dll. Waktu-waktu itu memiliki keistimewaan yang dapat mengangkat derajat seseorang di hadapan Allah.
4.      Menjauhi hal-hal yang berlebihan.
Berlebihan dalam kebaikan bukan merupakan tindakan bijaksana. Apalagi berlebihan dalam keburukan. Allah memerintah manusia sesuai dengan kemampuannya.
Firman Allah:
“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah sesuai dengan kesanggupanmu!” (At-Taghabun: 6)
Islam adalah Din tawazun (keseimbangan). Disuruhnya pemeluknya memperhatikan akhirat, namun jangan melupakan kehidupan dunia. Seluruh anggota tubuh dan jiwa mempunyai haknya masing-masing yang harus ditunaikan. Dalam ayat lain Allah berfirman: “Demikianlah kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan (adil) dan pilihan. (Al-Baqarah: 143)
5.      Melazimi Jamaah
“Berjamaah itu rahmat, Firqah (perpecahan) itu azab.” demikian sabda Rasulullah. Dalam hadits yang lain beliau bersabda: “Barangsiapa yang menghendaki tengahnya surga, hendaklah ia melazimi jamaah.”
Dengan jamaah seorang muharrik akan selalu berada dalam majelis dzikir dan pikir. Hal ini membuatnya selalu terikat dengan komitmennya semula. Juga jamaah dapat memberikan program dan kegiatan yang variatif. Sehingga terhindarlah ia dari kebosanan dan rutinitas.
6.      Mengenal kendala yang akan menghadang
Saudaraku…
Pengetahuan pelaku dakwah dan pejuang akan tabiat jalan yang hendak dilalui serta rambu-rambu yang ada, akan membuatnya siap, minimal tidak gentar, untuk menjalani rintangan yang akan datang. Allah berfirman:
“Dan beberapa banyak Nabi yang berperang bersama mereka sebagian besar karena bencana yang menimpa di jalan Allah, dan tidak pula lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146)
7.      Teliti dan sistemik dalam kerja.
Dengan perencanaan yang baik, Pembagian tugas yang jelas, serta kesadaran akan tanggung jawab yang diemban, dapat membuat harakah menjadi harakatul muntijah (harakah yang berhasil). Perencanaan akan menyadarkan pejuang, bahwa jalan yang ditempuh amat panjang. Tujuan yang akan dicapai amat besar. Karena itu juga dibutuhkan waktu, amal dan percobaan yang besar. Jika ini semua telah dimengerti, insya Allah akan tercapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan.
8.      Memilih teman yang shalih
Rasulullah bersabda:
“Seseorang tergantung pada sahabatnya, maka hendaklah ia melihat dengan siapa ia berteman.” (H.R. Abu Daud)
9.      Menghibur diri dengan hal yang mubah
Bercengkerama dengan keluarga, mengambil secukupnya kegiatan rekreatif serta memberikan hak badan secara cukup mampu membuat diri menjadi segar kembali untuk melanjutkan amal yang sedang dikerjakan.
10.  Mengingat mati, surga dan neraka
Rasulullah bersabda: “Jika sekiranya engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan banyak menangis dan sedikit tertawa.”
Saudaraku…Ketahuilah, bahwa futur menyebabkan jalan dakwah yang harus di tempuh menjadi lebih panjang, sebab tidak mendapatkan ma’iyatullah (kebersamaan dan pembelaan Allah) dan daya intilaq (lompatan) kita menjadi lebih berat, baik karena borosnya biaya dan rontoknya para pejuang dan penyeru dakwah. Mudah-mudahan Allah selalu menjaga kita, Amin. Wallahu a’lam bis shawab

# disampaikan pada kajian immawati UM




Kamis, 13 Februari 2014
Posted by Unknown

Hikmah Menjadi Wanita

HIKMAH MENJADI WANITA

Al-Qur’an
“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholih, baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS.An-Nahl:97)
Hadits
“Selalu wasitakan kebaikan kepada para wanita. Karena mereka diciptakan dari tulang rusuk dan bagian yang paling bengkok dari jalinan tulang rusuk ialah tulang rusuk bagian atas. Jika kalian paksa diri untuk meluruskannya, ia akan patah. Tetapi jika kalian mendiamkannya, ia akan tetap bengkok. Karena itu, wasiatkanlah kebaikan kepada wanita” (HR. Bukhari dan Abu Hurairah)
Syair
Bukan dari tulang ubun ia dicipta. Sebab berbahaya membiarkannya dalam sanjung dan puja. Tak juga dari tulang kaki. Karena nista menjadikannya diinjak dan diperbudak. Tetapi dari rusuk kiri. Dekat ke hati untuk dicintai. Dekat ke tangan untuk dilindungi.
Selaksa Hikmah Wanita
1.      Hamil
2.      Menyusui
3.      Merawat anaknya
4.      Membersamai suami dan mendorongnya untuk berjuang
5.      Mengerjakan pekerjaan rumah tangga
Peran Wanita
1.      Dalam pendidikan individu muslim
Wanita berperan penting mempersiapkan anak-anak (laki-laki dan perempuan) untuk menjadi muslimin dan muslimah. Wanita juga berperan keluar rumah untuk menyebarkan kebaikan kepada seluruh wanita karena masyarakat wanita yang Islami tidak mungkin terbentuk kecuali oleh wanita muslimah itu sendiri.
2.      Menciptakan rumah tangga muslim
“…wanita pemimpin atas rumah suaminya dan atas anak-anaknya.” (Muttafaq ‘alaih). Terwujudnya rumah tangga muslim mengharuskan wanita meluangkan waktu dan tugasnya di dalam rumah. Tidak mungkin wanita muslimah berperan membangun rumah tangga muslim, jika ia tidak mengenal Islam. Jika ia tidak ikut berpartisipasi bersama saudari-saudarinya dalam arus pergerakan wanita Islam, maka disangsikan kemampuannya mendidik putra-putrinya dengan dasar Islam. Hal ini membuat wanita menggabungkan dua kewajiban di rumah dan aktivitas pergerakan.
3.      Membentuk masyarakat Islam
Masyarakat merupakan sekumpulan orang yang terikat oleh hubungan dan organisasi-organisasi. Pada masa sekarang lembaga masyarakat yang melayani wanita (misalnya: lembaga pendidikan, kesehatan, sosial) membutuhkan keterlibatan wanita di dalamnya.
4.      Dalam politik
Wanita muslimah dibenarkan terjun ke politik asalkan tidak keluar dari adab-adab Islam, tidak menyimpang dari aturan Islam, dan memerlukan bimbingan agar wanita muslimah memiliki kesadaran politik.
Wanita suri tauladan dalam sejarah
1.      Khadijah
Jasa beliau: menyediakan makanan dan minuman untuk Nabi selama di Gua Hira’, menghibur dan membesarkan hati Nabi ketika gentar dan goncang hatinya sewaktu berhadapan dengan malaikat Jibril, wanita yang pertama masuk Islam, rela mengorbankan harta untuk agama, pandai membagi waktu antara keperluan rumah tangga dan membantu dakwah, dan melahirkan putra dan putri Nabi.
2.       ‘Aisyah
Keutamaan: Putri sahabat Nabi, turut hijrah ke Madinah dengan semangat keIslamannya, berperan membantu meluruskan kekeliruan orang yang membuat kekacauan di masa Khalifah Abu bakar, menyulutkan semangat kaum Muslimin di kala Khalifah Utsman dibunuh, sangat dermawan, ahli sya’ir, ahli pidato, tempat bertanya para sahabat sepeninggal Nabi, dan sangat tekun beribadah.
3.      Fatimah Az-zahra
Putri Nabi, wanita yang sholihah karena dididik di rumah Kenabian, memelihara dan mengasuh rumah tangganya dengan baik, memberikan pengajaran kepada sahabat Nabi karena beliau terkenal sebagai wanita yang ahli hukum, agama, pandai, serta ahli sya’ir dan tarikh.
4.      Asiyah
“Sebaik-baik wanita di syurga adalah: Khadijah, Fatimah, Maryam binti Imran, dan Asiyah istri Fir’aun” (Hadits)
Asiyah adalah wanita yang telah mengasuh Nabi Musa, beriman walaupun beliau istri raja yang kafir dan dzalim, dan kebaikan ahlak perangainya.
Note

Buku yang disarankan dibaca: Adabul Mar’ah fil Islam karya Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah dan Agar Bidadari Cemburu Padamu karya Salim A.Fillah.

# disampaikan pada kajian immawati Brawijaya


Posted by Unknown

Semulia Akhlak Nabi: Amanah

“SEMULIA AKHLAK NABI:AMANAH”

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal:27)
Amanah merupakan akhlak yang mendasar dalam Islam. Sesungguhnya akhlak amanah merupakan sarana dakwah untuk menuju perubuhan yang lebih baik. Amanah merupakan lawan kata dari khianat. Dalam QS.Al-Anfal:27, Allah melarang kita mengkhianati Allah (meninggalkan perintah-Nya)dan mengkhianati Rasul (tidak mengikuti, tidak melaksanakan, tidak menyebarkan, dan meninggalkan Sunnahnya). Akhlak amanah juga terdapat pada QS. An-Nisa’:58.
Urgensi Amanah
1.      Melaksanakan amanah dapat menghapus kesalahan.
“Shalat lima waktu, dari Jum’at ke Jum’at dan melaksanakan amanah merupakan kafarah bagi dosa-dosa keduanya.” (HR.Ibnu Majah)
2.      Apabila kita mengamalkan maka kita dijamin masuk surga.
“Enam perkara yang dapat menjamin kalian masuk surga: jujurlah jika berbicara, tepatilah jika berjanji, laksanakanlah (amanat) jika kalian dipercaya, peliharalah kemlauanmu, jagalah pandanganmu, dan tahanlah tanganmu” (HR.Ahmad)
3.      Khianat merupakan salah satu tanda kemunafikan dalam akhlak.
“Tanda-tanda kemunafikan itu ada tiga: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia tidak menepati, dan jika dipercaya ia mengkhianati.” (HR.Bukhari dan HR. Muslim)
4.      Tidaklah beriman orang yang tidak amanah.
“Tidaklah dikatakan beriman bagi orang yang tidak mempunyai rasa amanah dan tidaklah berIslam bagi orang yang tidak menepati janjinya.” (HR.Ahmad)
5.      Apabila kita mengamalkan berarti kita telah menggenggam dunia seisinya.
“Empat perkara yang harus dimiliki oleh seseorang maka engkau tidak akan kehilangan dunia seisinya: menjaga amanah, jujur dalam berbicara, berbudi pekerti, dan senantiasa menjaga kesucian.” ( HR. Ahmad)
6.      Salah satu pesan Nabi pada khutbah wada’.
“Wahai manusia, barangsiapa yang diserahi suatu amanah, hendaklah ia melaksanakannya pada orang yang telah mempercayainya...” (HR. Ahmad)
Macam-macam Amanah
1.      Amanah terhadap harta benda dan barang titipan.
“ Orang mukmin adalah orang yang dapat menjaga kedamaian orang lain baik dari segi darahnya maupun hartanya.” (HR.At-Tirmidzi)
2.      Amanah dalam jual beli.
“Pedagang yang jujur lagi terpercaya berkumpul bersama dengan para Nabi, orang-orang yang membenarkan, dan para syuhada.”
(HR. Ibnu Majah)
3.      Amanat Menjaga Rahasia
Menjaga rahasia orang yang bercerita kepada kita. Hal ini terdapat pada HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ahmad. Menjaga rahasia terkait suami-istri dan rumah tangga. Hal ini terdapat pada HR.Muslim dan Abu Dawud
4.      Amanat berinteraksi dengan wanita.
Amanat yang berhubungan dengan pergaulan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana kisah Nabi Musa pada QS. Al-Qashash:23-26. Istri merupakan amanah yang terpikul di pundak suami dan akan ditanyai pada saat kiamat ketika menghadap Allah.
5.      Amanat anak ketika berinteraksi dengan orang tua.
Tidak mengambil harta tanpa sepengetahuan orang tua dan sebelum melakukan sesuatu meminta izin serta persetujuan dari orang tua.
6.      Amanat yan tiada habis-habisnya
Mendidik anak, kesehatan kita, mata, lidah, pendengaran, penciuman, rambut, dan segala sesuatu yang kita miliki dan kita daya gunakan adalah amanat.
7.      Amanat dalam memikul agama Islam
Sesungguhnya amanat menjaga agama ini adalah mendakwahkannya kepada seluruh manusia, sebagaimana terdapat pada QS.Al-Imran:110
“Ya Allah, berilah kekuatan pada punggungku tanpa kau kurangi bebanku.”
(Doa Umar bin Khatab)

Sumber: Semulia Akhlak Nabi, penulis Amru Khalid, penerbit Aqwam
# disampaikan pada kajian Nasyiah


Minggu, 09 Februari 2014
Posted by Unknown

Etika Pergaulan Lawan Jenis dalam Islam

ETIKA PERGAULAN LAWAN JENIS DALAM ISLAM

Berikut ini adalah etika pergaulan dengan lawan jenis yang bukan mahram dalam Islam:
1.      Menutup Aurat Secara Sempurna.
Allah berfirman, "Dan katakanlah kepada para perempuan yg beriman agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang(biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra" mereka, atau putra" suami mereka, atau saudara" lk" mereka, atau putra" saudara lk" mereka, atau putra" saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yg mereka miliki, atau para pelayan lk"(tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak" yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai org" yang beriman, agar kamu beruntung.
(QS. An-Nuur:31)
Firman Allah, “Wahai Nabi! Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab: 59).
“Hai Asma, sesungguhnya perempuan itu apabila telah sampai umur/dewasa, maka tidak patut menampakkan sesuatu dari dirinya melainkan ini dan ini. Rasulullah berkata sambil menunjukkan kepada muka dan telapak tangan hingga peregelangannya sendiri.” (HR. Abu Dawud dan Aisyah)
”Dari Abu sa’id RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Seorang laki-laki tidak boleh melihat aurat sesama lelaki, begitu pula seorang perempuan tidak boleh melihat aurat perempuan. Seorang laki-laki tidak boleh bersentuhan kulit sesama lelaki dalam satu selimut, begitu pula seorang perempuan tidak boleh bersentuhan kulit dengan sesama perempuan dalam satu selimut.” (HR. Muslim)
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata : “Rasulullah SAW melaknat kaum laki-laki yang suka menyerupai kaum wanita dan melaknat kaum wanita yang suka menyerupai kaum laki-laki.” (HR. Bukhari)

2.    Menjaga Pandangan
Allah Swt berfirman, “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang  demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui atas apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya….” (QS An-Nur : 30-31). “Tidaklah seorang Muslim sedang melihat keindahan wanita kemudian ia menundukkan pandangannya, kecuali Allah akan menggantinya dengan ibadah yang ia dapatkan kemanisannya.” (HR. Ahmad)
“Semua mata pada hari kiamat akan menangis, kecuali mata yang menundukkan atas apa yang diharamkan oleh Allah, mata yang terjaga di jalan Allah, dan mata yang menangis karena takut kepada Allah.” (HR. Ibnu Abi Dunya)
Awal dorongan syahwat adalah dengan melihat. Maka jagalah kedua mata ini agar terhindar dari tipu daya setan. Tentang hal ini Rasulullah bersabda, “Wahai Ali, janganlah engkau iringkan satu pandangan (kepada wanita yang bukan mahram) dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu (halal) bagimu, tetapi tidak yang kedua!” (HR. Abu Daud). Rasulullah S.A.W bersabda: ”Pandangan mata itu merupakan panah beracun dari panah Iblis. Barang siapa meninggalkannya karena takut Allah S.W.T, maka Allah memberinya keimanan yang mana ia akan memperoleh kemanisannya didalam hati”.
Pandangan terhadap lawan jenis tetap harus dijaga, bukan berarti kita tidak melihat lawan jenis sama sekali, namun menjaga mata agar tidak saling menatap, sebab tatapan mata yang berlama-lama dapat mempengaruhi perasaan sehingga setan sangat leluasa menggoda. Rukhshoh (keringanan) hanya diberikan kepada mereka yang terlibat dalam proses belajar mengajar, transaksi jual beli, memberikan kesaksian, berobat, dan saat khitbah.
Tata cara khitbah: calon istri didatangi, didampingi oleh wakil masing-masing keluarga, masing-masing calon boleh saling melihat supaya tidak salah pilih, sampaikan maksudnya, jika sudah yakin mau meneruskan tahap, jika tidak cocok atau belum sampaikan juga, tidak ada syariat tukar cincin.

3.    Tidak Melunakkan Ucapan (Percakapan)
Ketika berbicara dengan lawan jenis harus yang tegas namun tidak dengan nada membentak dan tidak pula mendayu-dayu. Yang penting lawan bicara mengerti apa yang kita ucapkan. Firman Allah SWT, “Wahai istri-istri Nabi, kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemahlembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit  dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al-Ahzaab: 32)
Berkata Imam Ibnu Katsir; Ini adalah beberapa etika yang diperintahkan oleh Allah kepada para istri Rasulullah SAW serta kepada para wanita mukminah lainnya, yaitu hendaklah dia kalau berbicara dengan orang lain tanpa suara merdu, dalam pengertian janganlah seorang wanita berbicara dengan orang lain sebagaimana dia berbicara dengan suaminya. (Tafsir Ibnu Kathir 3/350). Selain itu b
erdialog, baik dengan bicara langsung maupun via telpon atau SMS, hendaknya hanya yang penting-penting saja dan sebisa mungkin berhubungan dengan urusan dakwah serta tidak terlalu sering. Hindari telepon, sms, chatting, bahasa yang terlalu akrab, dan bercanda yang berlebihan pada dunia nyata maupun dunia maya karena dapat menimbulkan bekas di hati pengirim dan penerima. Aktivitas perempuan dalam konteks hubungan interpersonal dengan laki-laki, yaitu:
a. Hayatu ‘aam
Hayatul ‘aam atau kehidupan umum bagi perempuan adalah seputar kehidupan yang menyangkut perkara pendidikan, mu’amalah, kesehatan. Hayatul ‘aam ini maknanya bagi perempuan, dia boleh bercerita tentang ketiga perkara tadi, selebihnya tidak boleh karena sudah menyangkut hayatul khas. Bagi laki-laki manapun hanya cukup untuk mengetahui ”hayatul ’aam”, kehidupan umumnya saja, seperti contoh diatas: pendidikan, tempat tinggal, hobi, aktivitas di lembaga dan lain-lain.
2.Hayatul khas
Hayatul khas atau kehidupan khusus adalah perkara seputar kehidupan privasi perempuan, dan ini hanya boleh di ketahui oleh keluarga ‘mahram’ dan jama’ah perempuan saja atau dalam hal perempuan yang bersangkutan sudah dalam ikatan khitbah. Contoh hayatul khas adalah: keadaan dirinya dan keluarga secara detil, target hidup akhwat, target hidup dalam berdakwah serta kehidupan sehari-harinya.
Hukum perempuan menyanyi di depan laki-laki: haram, apalagi jika memakai lenggak-lenggok, seperti umumnya penyanyi. Tetapi kalau menyanyi paduan suara atau menjadi dirigen seperti mars organisasi, ada yang berpendapat boleh.

4.      Tidak berdua-duaan (khalwat).
Rasulullah SAW bersabda "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia menyendiri dengan seorang perempuan yang bukan mahramnya, karena yang ketiga adalah syaitan." (HR. Ahmad). Bila berinteraksi alangkah baiknya lebih dari dua orang serta yang diperbincangkan tidak bersifat pribadi atau hal-hal lain seperti curhat. Dari Ibnu Abbas berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Janganlah seorang lelaki berdua-duaan (khalwat) dengan wanita kecuali wanita itu disertai mahramnya.” (Hadis Riwayat Bukhari & Muslim)

5.      Tidak melakukan ikhtilat (berbaur antara pria dengan wanita dalam satu tempat)
Menggunakan hijab bila sedang rapat. Selain untuk menjaga pandangan dan konsentrasi, juga menghindari ikhtilat. Bila belum mampu menggunakan hijab, dibuat jarak yang cukup antara perempuan dan laki-laki. Selain itu rapat juga tidak boleh diadakan sampai malam mengingat biasanya ada jam malam untuk perempuan. Hal ini diungkapkan Abu Asied, “Rasulullah saw pernah keluar dari masjid dan pada saat itu bercampur baur laki-laki dan wanita di jalan, maka beliau berkata: “Mundurlah kalian (kaum wanita), bukan untuk kalian bagian tengah jalan; bagian kalian adalah pinggir jalan (HR. Abu Dawud). Selain itu Ibnu Umar berkata, “Rasulullah melarang laki-laki berjalan diantara dua wanita.” (HR. Abu Daud). Ikhtilat ini sangat banyak terjadi dalam kehidupan bermasyarakat seperti di dalam kendaraan umum, di pasar, dll. Menurut Dr. Abdul Karim Zaidan hal seperti ini dikategorikan sebagai bentuk dhorurat, selama kita memang belum mampu mengubahnya, namun apabila kita bisa mengaturnya, maka hukum dhorurat tidak berlaku lagi.

6.    Tidak Menyentuh Kaum Berlawanan Jenis
Dari Aishah berkata, “Demi ALLAH, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat.” (Hadis Riwayat Bukhari). Hindarilah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk berjabatan tangan sebagaimana dicontohkan Nabi saw, “Sesungguhnya aku tidak berjabatan tangan dengan wanita.” (HR. Malik, Tirmizi dan Nasa’i). Dalam keterangan lain disebutkan, “Tak pernah tangan Rasulullah menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah bersabda: “Seseorang dari kamu lebih baik ditikam kepalanya dengan jarum dari besi daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani).

7.      Dilarang bagi wanita bepergian sendirian tanpa mahramnya sejauh perjalanan satu hari.
“ Dari Abu Hurairah, ia berkata,”Rasulullah SAW bersabda : Tidak halal bagi seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian yang memakan waktu sehari semalam kecuali bersama mahramnya.”(HR. Bukhari Muslim)
Jika: tidak bisa menjaga auratnya, tidak bisa terjaga keamanannya, menimbulkan hal-hal yang negatif

Kehormatan seorang muslim sangatlah penting dipelihara di dalam Islam, sampai-sampai untuk mendekati zinanya saja sudah dilarang. Seperti yang difirmankan Allah dalam QS. Al-Isra’:32  “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. Pelanggaran-pelanggaran atas etika di atas dapat dikategorikan kepada hal-hal yang mendekati zina karena jika dibiarkan, bukan tidak mungkin akan mengarah pada zina yang sesungguhnya, na’udzubillah. Dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya ALLAH menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. Zina mata dengan memandang, zina lisan dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan serta berangan-angan, lalu farji yang akan membenarkan atau mendustakan semuanya.” (Hadis Riwayat Bukhari, Muslim & Abu Daud)
Pelanggaran batas-batas pergaulan ini biasanya disebabkan karena hal-hal di bawah ini:
1. Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan dan akhwat.
2. Sudah mengetahui namun belum memahami.
3. Sudah mengetahui namun tidak mau mengamalkan.
4. Sudah mengetahui dan memahami namun tergelincir karena lalai.
Maka, bersama-sama kita saling menjaga pergaulan lawan jenis. Agar tidak terjerumus ke dalam kategori yang mendekati zina. Pergaulan antara perempuan dan laki-laki tetap diperbolehkan dalam Islam asalkan semua pergaulan yang dilakukan didasarkan atas perintah-perintah Allah dan Rasulnya, serta mengikuti anjuran Al-Quran, Hadits, dan As-sunnah. Jangan sampai pergaulan yang kita lakukan antara perempuan dan laki-laki merupakan pergaulan yang dapat mengundang murka Allah, dan setiap orang (perempuan dan laki-laki) harus memperhatikan dan menjaga dirinya baik- baik.

# disampaikan pada kajian immawati Brawijaya








Sabtu, 08 Februari 2014
Posted by Unknown

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumlah Pengunjung

- Copyright © Innany Mukhlishina -