Archive for Februari 2014
Pentingnya Iman dalam Berorganisasi
PENTINGNYA
IMAN DALAM BERORGANISASI
Terjemah:
“Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur,
mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”.
Kosakata:
Saffan (As-Saff:4)
Saff
artinya barisan. Dalam QS. As-Saff:4, Allah menyatakan bahwa Dia sangat
menyukai umat Islam bersatu padu dalam sebuah barisan yang kukuh seperti
bangunan kuat. Dalam Al-Qur’an terdapat kata-kata lain yang berakar pada kata
ini, seperti as-saffuna dan as-saff yaitu rombongan para malaikat
yang selalu dalam posisi berbaris artinya teratur rapi dan disiplin dalam
melaksanakan tugasnya. As-sawwaf
artinya unta-unta kurban yang disembelih dalam keadaan berdiri, dan masfufah yaitu tersusun rapinya
tempat-tempat tidur atau gelas-gelas di dalam surga. Allah memuji orang-orang
yang berjuang bersatu padu di jalan Allah.
Sabab Nuzul:
Menurut
riwayat dari ‘Abdullah bin Salam, ia berkata,”Beberapa sahabat Nabi SAW
mengajak kami duduk kemudian kami berkata,”Jika kami tahu perbuatan apa yang
lebih disukai Allah kami pasti melakukannya,’maka turunlah ayat 1-4 QS.As-Saff
ini.
Tafsir:
Dalam
ayat ini Allah memuji orang-orang yang berperang di jalan-Nya dengan barisan
yang teratur dan persatuan yang kokoh. Allah menyukai kaum Muslimin yang
demikian. Tidak ada celah-celah perpecahan, walau yang kecil sekalipun, seperti
tembok yang kokoh dan tersusun rapat dari batu-batu beton. Ayat ini
mengisyaratkan kepada kaum muslimin agar mereka menjaga persatuan yang kuat dan
persatuan yang kokoh, mempunyai semangat yang tinggi, suka berjuang, dan
berkorban. Membentuk dan menjaga persatuan dan kesatuan di kalangan kaum
muslimin berarti menyingkirkan segala sesuatu yang mungkin menimbulkan
perpecahan, seperti perbedaan pendapat tentang sesuatu yang sepele dan tidak
penting, sifat mementingkan diri sendiri, membangga-banggakan suku dan
keturunan, mementingkan golongan, tidak berperikemanusiaan, dsb. Oleh karena
itulah dalam membina persatuan dan kesatuan, Allah memperingatkan dan
memerintahkan kaum muslimin menjada dan mengatur saf (barisan) dalam sholat dengan rapi, bahu membahu, tidak ada
satupun tempat kosong. Tempat yang kosong akan diisi oleh setan, sedangkan
setan adalah musuh manusia. Tidak baik jika seseorang sholat sendirian di
belakang saf, kecuali dengan menarik
ke belakang seorang yang berada dalam saf
yang di depannya. Mengatur barisan dalam sholat merupakan latihan mengatur
barisan dalam berjihad di jalan Allah.
Kesimpulan:
Allah
memerintahkan kaum muslimin agar membina persatuan dan kesatuan yang kokoh
dalam berjihad di jalan-Nya.
Terjemah:
“Wahai orang-orang yang
beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang
pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan
Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu
mengetahui, niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam
surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai dan ke tempat-tempat tinggal yang
baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung.”
Kosakata:
Tunjikum (QS.As-Saff:10)
Kata
tunji adalah fi’il mudari’ dari kata anja-yunji-inja’an
yang berarti menyelamatkan. Ia berasal dari kata naja-yanja-najatan yang berarti terbebas dari sesuatu. Darinya
diambil kata najwah yang berarti
tempat tinggi yang diduga memberi keselamatan. Darinya diambil kata an-najiyyah yang berarti unta cepat yang
bisa menyelamatkan penunggangnya. Kata naja
juga berarti berbicara secara berbisik-bisik, sebagaimana disebutkan dalam
Al-Qur’an dalam bentuk najiyyan,”Maka
ketika mereka berputus asa darinya (putusan Yusuf), mereka menyendiri (sambil
berunding) dengan berbisik-bisik.” (QS.Yusuf:80) Juga seperti dalam firman
Allah,”Wahai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus
dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum
(melakukan) pembicaraan itu.” (QS.Al-Mujadalah:12) Dan yang dimaksud dengan
kata tunjikum disini adalah
menyelamatkan kalian.
Pada
ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad SAW kepada
seluruh manusia dengan membawa petunjuk dan agama yang benar guna menggantikan
agama-agama lain yang telah menyimpang. Pada ayat-ayat berikut ini dijelaskan
bahwa beriman kepada Allah dan RasulNya, serta berjihad di jalanNya, baik
dengan harta maupun jiwa dan raga, bagaikan sebuah perniagaan yang tidak pernah
merugi.
Sabab Nuzul:
Qatadah
meriwayatkan mengenai ayat “ya
ayyuhalladzina amanu hal adullukum ‘ala tijarah”. Ia berkata,”Seandainya
Allah tidak menjelaskan dan menunjukkan tentang “perdagangan” itu, tentu para
sahabat menjadi putus asa untuk mengetahuinya sampai mereka mencari tahu
tentang hal tersebut. Kemudian Allah menunjukkan kepada mereka penjelasan
mengenai “perdagangan” itu. Maka Allah berfirman tu’minu billahi wa rasulihi.” (Riwayat Ibnu Abi Hatim dan
At-Tabrani)
Tafsir:
(10-11)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kaum muslimin agar melakukan amal shalih
dengan mengatakan,”Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya,
apakah kamu sekalian mau Aku tunjukkan suatu perniagaan yang bermanfaat dan
pasti mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda dan keberuntungan yang kekal
atau melepaskan kamu dari api neraka.”
Ungkapan
ayat di atas memberikan peringatan bahwa amal sholih dengan pahala yang besar,
sama hebatnya dengan perniagaan yang tak pernah merugi karena ia akan masuk surga
dan selamat dari api neraka. Firman Allah:
Sesungguhnya Allah
membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka (QS.At-Taubah:111)
Kemudian
disebutkan bentuk-bentuk perdagangan yang memberikan keuntungan besar itu,
yaitu:
1. Senantiasa
beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, adanya
hari kiamat, qada’ dan qadar Allah.
2. Mengerjakan
amal shalih semata-mata karena Allah bukan karena riya’ adalah perwujudan iman
seseorang.
3. Berjihad
di jalan Allah. Berjihad ialah segala macam upaya dan usaha yang dilakukan
untuk menegakkan agama Allah. Ada dua macam jihad yang disebut dalam ayat ini
yaitu berjihad dengan jiwa raga dan berjihad dengan harta. Berjihad dengan jiwa
raga ialah berperang melawan musuh-musuh agama yang menginginkan kehancuran
Islam dan kaum muslimin. Berjihad dengan harta yaitu membelanjakan harta benda
untuk menegakkan kalimat Allah, seperti untuk biaya berperang, mendirikan
masjid, rumah ibadah, skeolah, rumah sakit, dan kepentingan umum lainnya.
Disamping itu ada bentuk-bentuk jihad yang lain, yaitu jihad menentang hawa
nafsu, mengendalikan diri, berusaha membentuk budi pekerti yang baik pada diri
sendiri, menghilangkan rasa iri, dsb.
Pada
akhir ayat ini ditegaskan bahwa iman dan jihad itu adalah perbuatan yang paling
baik akibatnya, baik untuk diri sendiri, anak-anak, keluarga, harta benda, dan
masyaraka, jika manusia itu memahami dengan sebenar-benarnya.
(12)
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Al-Hakim dan diriwayatkan sahih dari
‘Abdullah bin Salam bahwa ketika para sahabat Rasulullah sedang duduk-duduk
santai sambil berbincang-bincang, diantara mereka ada yang berkata,”Sekiranya
kami mengetahui amal yang lebih dicintai Allah pasti kami akan
mengerjakannya,”maka turunlah ayat ini.
Jika
manusia beriman, mengakui kebenaran Rasulullah SAW, dan berjihad di jalanNya, pasti Allah akan mengampuni
dosa-dosanya. Seakan-akan dosa itu tidak pernah diperbuatnya atau menjauhkannya
dari perbuatan dosa itu. Allah juga menyediakan tempat bagi mereka di dalam surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tempat di dalam surga adalah tempat
yang paling indah, dan yang paling menyenangkan hati orang yang berada di
dalamnya.
Kesimpulan:
1. Perdagangan
paling besar keuntungannya dan dapat menghindarkan diri dari azab yang pedih
ialah beriman kepada Allah dan RasulNya, beramal sholih, dan berjihad di jalan
Allah.
2. Allah
mengampuni dosa orang-orang yang beriman dan berjihad serta membalas mereka
dengan surga yang penuh kenikmatan.
3. Allah
menjanjikan kemenangan kepada Rasulullah SAW dan kaum muslimin.
Penutup:
Surat
ini menganjurkan agar orang-orang mukmin selalu menyesuaikan ucapan dengan
perbuatan, dan menerima tawaran Allah yaitu perbuatan ampunan dan surga yang
dapat dicapai dengan iman dan berjihad di jalanNya dengan harta dan jiwa.Nestapa di Penghujung Tahun
NESTAPA
DI PENGHUJUNG TAHUN
Kulihat tragedi itu di depan mataku
Denyut jantungku berdetak
Keringat dinginku mengalir
Ada sesuatu yang tak bisa kutahan
Sesuatu itu terus mendesakku
Terus mendorongku
Hingga ku tak bisa menahannya lagi
Dingin, itu yang kurasakan di pipiku
Ketika aku tahu aku tlah kehilangan kau, sahabatku
Teriakan para ibu
Tangisan anak kecil
Suara gelombang itu menderu
Begitu derasnya
Hingga kau pun ikut terbawa
Aku pun tak tahu kau dimana
Di penghujung tahun
Kesedihan, kegelisahan, menghantam bumimu
Bumi yang sangat engkau cintai
Sementara,
Suara terompet, petasan, kembang api menggelegar di cakrawala
Sorak gembira mereka agung-agungkan
Teriris hati ini mendengarnya
Mendengar suara gegap gempita
Di tengah tangisan anak kecil yang menggigil
Tiada sanak tiada tempat berteduh
Akankah mereka sadar bahwa apabila mereka mengalaminya
Mereka tidak akan bisa tertawa
Sadarkah mereka arti kehidupan
Tahukah mereka…
Apa yang telah mereka siapkan saat ajal mendatangi mereka?
#buat sahabatku di bumi Aceh
From Innany (memoar Tsunami 2005)
From Innany (memoar Tsunami 2005)
Dakwah (Tetaplah Semangat Layaknya Jus yang Nikmat)
DAKWAH
(Tetaplah
Semangat Layaknya Jus yang Nikmat)
“Dan berapa
banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya)
yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di
jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah
menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 146)
Dakwah
menurut bahasa arab diartikan mengajak, menyeru, dan memanggil. Sedangkan, bila
diartikan dalam ruang lingkup yang lebih luas dakwah dapat diartikan “Mendorong (memotivasi) untuk berbuat
baik, mengikuti petunjuk (Allah), menyuruh orang mengerjakan kebaikan, melarang
mengerjakan kejelekan, agar dia bahagia di dunia dan akhirat”. Dakwah
mempunyai banyak unsur didalamnya seperti: da'i, mad'uw, dakwah, materi dakwah,
cara-cara penyampaiannya.
Dalam hidup akan
banyak ditemui bermacam jalan. Kadang datar, kadang menurun, kadang pula
meninggi. Begitu pula dalam perjalanan dakwah. Ada saatnya para muharrik
(orang yang bergerak) menemui jalan yang lurus dan mudah. Namun tidak jarang
menjumpai onak dan duri. Hal demikian juga terjadi pada muharrik.
Suatu saat ia memiliki kondisi iman yang tinggi. Di saat lain, iapun dapat
mengalami degradasi iman. Tabiat manusia memang menggariskan demikian.
Dalam kondisi
iman yang turun ini, para muharrik kadang terkena satu penyakit yang
membahayakan kelangsungan gerang langkah dakwah, yaitu penyakit futur atau
kelesuan. Saudaraku…Futur berarti putusnya kegiatan setelah kontinyu
bergerak atau diam setelah bergerak, atau malas, lamban dan santai setelah
sungguh-sungguh.Terjadinya futur bagi muharrik,
sebenarnya merupakan hal yang wajar. Asal saja tidak mengakibatkan terlepasnya muharrik dari roda dakwah. Hanya
malaikat yang mampu kontinyu mengabdi kepada Allah dengan kualitas terbaik.
Firman Allah, “dan
kepunyaan-Nyalah segala apa yang di langit dan di bumi dan malaikat-malaikat
yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan
tidak pula merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada hentinya.”
(Al-Anbiya: 19-20)
Karena itu Rasulallah sering
berdoa:
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah
sebaik-baik umurku akhirnya. Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik amalku
keridhaan-Mu. Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik hariku saat bertemu dengan-Mu.”
Penyebab Futur
Walaupun futur merupakan hal yang
mungkin terjadi bagi muharrik, ada
beberapa penyebab yang dapat menyegerakan timbulnya:
1. Berlebihan
dalam din (Bersikap keras dan berlebihan dalam beragama)
Berlebihan pada suatu jenis amal akan berdampak kepada terabaikannya
kewajiban-kewajiban lainnya. Dan sikap yang dituntut pada kita dalam beramal
adalah washathiyyah atau sedang dan tengah-tengah agar tidak terperangkap dalam
ifrath dan tafrith (mengabaikan kewajiban yang lain).
Dalam hadits yang lain Rasul bersabda:
“Sesungguhnya Din itu mudah, dan tidaklah seseorang
mempersulitnya kecuali akan dikalahkan atau menjadi berat mengamalkannya.”
(H.R. Muslim)
Karena itu, amal yang paling di sukai Allah swt. adalah
yang sedikit dan kontinyu.
2. Berlebih-lebihan
dalam hal yang mubah. (Berlebihan dan melampaui batas dalam
mengkonsumsi hal-hal yang diperbolehkan)
Mubah adalah sesuatu yang dibolehkan. Namun para sahabat
sangat menjaganya. Mereka lebih memilih untuk menjauhkan diri dari hal yang
mubah karena takut terjatuh pada yang haram. Berlebihan dalam makanan
menyebabkan seseorang menjadi gemuk. Kegemukan akan memberatkan badan. Sehingga
orang menjadi malas. Malas membuat seseorang menjadi santai. Dan santai
mengakibatkan kemunduran. Karena itu secara keseluruhan hal ini bisa
menghalangi dalam amal dakwah.
3. Memisahkan
diri dari kebersamaan atau jamaah (Mengedepankan hidup menyendiri dan
berlepas dari organisasi atau berjamaah).
Jauhnya seseorang dari berjamaah membuatnya mudah
didekati syaitan. Rasul bersabda: “Setan itu akan menerkam manusia yang
menyendiri, seperti serigala menerkam domba yang terpisah dari kawanannya.”
(H.R. Ahmad)
Jika setan telah memasuki hatinya, maka tak sungkan
hatinya akan melahirkan zhan
(prasangka) yang tidak pada tempatnya kepada organisasi atau jamaah. Jika
berlanjut, hal ini menyebabkan hilangnya sikap tsiqah (kepercayaan) kepada organisasi atau jamaah.
Dengan berjamaah, seseorang akan selalu mendapatkan
adanya kegiatan yang selalu baru. Ini terjadi karena jamaah merupakan kumpulan
pribadi, yang masing-masing memiliki gagasan dan ide baru. Sedang tanpa jamaah
seseorang dapat terperosok kepada kebosanan yang terjadi akibat kerutinan.
Karena itu imam Ali berkata: “Sekeruh-keruh hidup berjamaah, lebih baik
dari bergemingnya hidup sendiri.”
4. Sedikit
mengingat akhirat (Lemah dalam mengingat kematian dan kehidupan
akhirat)
Saudaraku…banyak mengingat kehidupan
akhirat membuat seseorang giat beramal. Selalu diingat akan adanya hisab atas
setiap amalnya. Kebalikannya, sedikit mengingat kehidupan akhirat menyulitkan
seseorang untuk giat beramal. Ini disebabkan tidak adanya pemacu amal berupa
keinginan untuk mendapatkan ganjaran di sisi Allah pada hari yaumul hisab
nanti. Karena itu Rasulullah bersabda: “Jika sekiranya engkau mengetahui
apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan banyak menangis dan sedikit tertawa.”
5. Melalaikan
amalan siang dan malam (Tidak memiliki komitmen yang baik dalam
mengamalkan aktivitas ’ubudiyah harian)
Pelaksanaan ibadah secara tekun, membuat seseorang
selalu ada dalam perlindungan Allah. Selalu terjaga komunikasi sambung rasa
antara ia dengan Allah swt. Ini membuatnya mempersiapkan kondisi ruhiyah atau
spiritual yang baik sebagai dasar untuk bergerak dakwah. Namun sebaliknya,
kelalaian untuk melaksanakan amalan, berupa rangkaian ibadah baik yang wajib
maupun sunnah, dapat membuat seseorang terjerumus untuk sedikit demi sedikit
merenggangkan hubungannya dengan Allah. jika ini terjadi, maka sulit baginya menjaga
kondisi ruhiyah dalam keadaan taat kepada Allah. kadang hal ini juga berkaitan
dengan kemampuan untuk berbicara kepada hati. Dakwah yang benar, selalu
memulainya dengan memanggil hati manusia, sementara sedikitnya pelaksanaan
ibadah membuatnya sedikit memiliki cahaya.Allah berfirman: “Barang siapa
tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah ia mempunyai cahaya sedikit
pun.” (An-Nur: 40)
6. Masuknya
barang haram ke dalam perut (Mengkonsumsi sesuatu yang syubhat,
apalagi haram)
7. Tidak
mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan. (Tidak mempersiapkan
diri untuk menghadapi berbagai rintangan dan tantangan dakwah)
Setiap perjuangan selalu menghadapi tantangan. Haq dan
bathil selalu berusaha untuk memperbesar pengaruhnya masing-masing. Akan selalu
ada orang-orang pendukung Islam. Di lain pihak akan selalu tumbuh orang-orang
pendukung hawa nafsu. Dan dalam waktu yang Allah kehendaki akan bertemu dalam
suatu “fitnah”. Dalam bahasa Arab, kata “fitnah” berasal dari kata yang
digunakan untuk menggambarkan proses penyaringan emas dari batu-batu lainnya.
Karena itu “fitnah” merupakan sunnatullah yang akan mengenai para pelaku
dakwah. Dengan “fitnah” Allah juga menyaring siapa hamba yang masuk golongan
shadiqin dan siapa yang kadzib (dusta). Dan jika fitnah itu datang, sementara
ia tidak siap menerimanya, besar kemungkinan akan terjadi pengubahan orientasi
dalam perjuangannya. Dan itu membuat futur. Allah Berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya di antara
istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka hati-hatilah
kamu terhadap mereka.” (Al-Ahqaf: 14)
8. Bersahabat
dengan orang-orang yang lemah (Berteman dengan orang-orang yang buruk
dan bersemangat rendah)
Kondisi lingkungan dapat menentukan kualitas seseorang.
Teman yang baik akan melahirkan lingkungan yang baik. Akan tumbuh suasana
ta’awun atau tolong-menolong dan saling menasihatkan. Sementara teman yang
buruk dapat melunturkan hamasah (kemauan) yang semula telah menjadi tekad.
Karena itu Rasulullah bersabda:
“Seseorang atas diri sahabatnya, hendaklah melihat
salah seorang di antara kalian siapa ia berteman.” (H.R. Abu Daud)
9. Spontanitas
dalam beramal (Tidak ada perencanaan yang baik dalam beramal, baik
dalam skala individu atau fardi maupun komunitas atau jama’i)
Amal yang tidak terencana, yang tidak memiliki tujuan
sasaran dan sarana yang jelas, tidak dapat melahirkan hasil yang diharapkan.
Hanya akan timbul kepenatan dalam berdakwah, sementara hasil yang ditunggu tak
kunjung datang. Karena itu setiap amal harus memiliki minhajiatul amal
(sistematika kerja). Hal ini akan membuat ringan dan mudahnya suatu amal.
10. Jatuh
dalam kemaksiatan (Meremehkan dosa dan maksiat)
Perbuatan maksiat membuat hati tertutup dengan
kefasikan. Jika kondisi ini terjadi, sulit diharapkan seorang juru dakwah mampu
beramal untuk jamaahnya. Bahkan untuk menjaga diri sendiri pun sulit.
Cara Mengobati Futur
Saudaraku…Untuk mengobati
penyakit futur ini, beberapa ulama memberikan beberapa resep.
1. Jauhi
kemaksiatan
Kemaksiatan akan mendatangkan kemungkaran Allah. Dan
pada akhirnya membawa kepada kesesatan. Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu melampaui batas yang menyebabkan
kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barang siapa ditimpa musibah oleh kemurkaan-Ku,
maka binasalah ia.” (Thaha: 81)
Jauh dari kemaksiatan akan mendatangkan hidup yang akan
lebih berkah. Dengan keberkahan ini orang dapat terhindar dari penyakit futur.
Allah berfirman:
“Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan
bertaqwa, pastilah kami melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan
dari bumi.” (Al-A’raf: 96)
2. Tekun
mengamalkan amalan siang dan malam
Amalan siang dan malam dapat melindungi dan menjaga
pelaku dakwah untuk selalu berhubungan dengan Allah swt. Hal ini dapat
menjauhkannya dari perbuatan yang tidak mendapat restu dari Allah.
Allah berfirman:
“Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha
Penyayang itu, ialah orang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang
(mengandung) keselamatan. Dan orang-orang yang melalui malam harinya dengan
bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” (Al-Furqan: 63-64)
3. Mengintai
waktu-waktu yang baik
Dalam banyak hadits Rasulullah saw. banyak
menginformasikan adanya waktu-waktu tertentu dimana Allah swt. lebih
memperhatikan doa hamba-Nya. Sepertiga malam terakhir, hari Jum’at, antara dua
khutbah, ba’da Ashar hari Jum’at, bulan Ramadhan, bulan Zulqaedah, Zulhijjah,
Muharram, rajab dll. Waktu-waktu itu memiliki keistimewaan yang dapat
mengangkat derajat seseorang di hadapan Allah.
4. Menjauhi
hal-hal yang berlebihan.
Berlebihan dalam kebaikan bukan merupakan tindakan
bijaksana. Apalagi berlebihan dalam keburukan. Allah memerintah manusia sesuai
dengan kemampuannya.
Firman Allah:
“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah sesuai dengan
kesanggupanmu!” (At-Taghabun: 6)
Islam adalah Din tawazun (keseimbangan). Disuruhnya
pemeluknya memperhatikan akhirat, namun jangan melupakan kehidupan dunia.
Seluruh anggota tubuh dan jiwa mempunyai haknya masing-masing yang harus
ditunaikan. Dalam ayat lain Allah berfirman: “Demikianlah kami telah
menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan (adil) dan pilihan. (Al-Baqarah:
143)
5. Melazimi
Jamaah
“Berjamaah itu rahmat, Firqah (perpecahan) itu
azab.” demikian sabda Rasulullah. Dalam hadits yang lain beliau bersabda: “Barangsiapa
yang menghendaki tengahnya surga, hendaklah ia melazimi jamaah.”
Dengan jamaah seorang muharrik akan selalu berada dalam
majelis dzikir dan pikir. Hal ini membuatnya selalu terikat dengan komitmennya
semula. Juga jamaah dapat memberikan program dan kegiatan yang variatif.
Sehingga terhindarlah ia dari kebosanan dan rutinitas.
6. Mengenal
kendala yang akan menghadang
Saudaraku…
Pengetahuan pelaku dakwah dan pejuang akan tabiat jalan
yang hendak dilalui serta rambu-rambu yang ada, akan membuatnya siap, minimal
tidak gentar, untuk menjalani rintangan yang akan datang. Allah berfirman:
“Dan beberapa banyak Nabi yang berperang bersama
mereka sebagian besar karena bencana yang menimpa di jalan Allah, dan tidak
pula lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang
yang sabar.” (Ali Imran: 146)
7. Teliti
dan sistemik dalam kerja.
Dengan perencanaan yang baik, Pembagian tugas yang
jelas, serta kesadaran akan tanggung jawab yang diemban, dapat membuat harakah
menjadi harakatul muntijah (harakah yang berhasil). Perencanaan akan
menyadarkan pejuang, bahwa jalan yang ditempuh amat panjang. Tujuan yang akan
dicapai amat besar. Karena itu juga dibutuhkan waktu, amal dan percobaan yang
besar. Jika ini semua telah dimengerti, insya Allah akan tercapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan.
8. Memilih
teman yang shalih
Rasulullah bersabda:
“Seseorang tergantung pada sahabatnya, maka
hendaklah ia melihat dengan siapa ia berteman.” (H.R. Abu Daud)
9. Menghibur
diri dengan hal yang mubah
Bercengkerama dengan keluarga, mengambil secukupnya
kegiatan rekreatif serta memberikan hak badan secara cukup mampu membuat diri
menjadi segar kembali untuk melanjutkan amal yang sedang dikerjakan.
10. Mengingat
mati, surga dan neraka
Rasulullah bersabda: “Jika sekiranya engkau mengetahui
apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan banyak menangis dan sedikit tertawa.”
Saudaraku…Ketahuilah,
bahwa futur menyebabkan jalan dakwah yang harus di tempuh menjadi lebih
panjang, sebab tidak mendapatkan ma’iyatullah (kebersamaan dan
pembelaan Allah) dan daya intilaq (lompatan) kita menjadi lebih berat,
baik karena borosnya biaya dan rontoknya para pejuang dan penyeru dakwah.
Mudah-mudahan Allah selalu menjaga kita, Amin. Wallahu a’lam bis shawab
# disampaikan pada kajian immawati UM
# disampaikan pada kajian immawati UM
Hikmah Menjadi Wanita
HIKMAH
MENJADI WANITA
Al-Qur’an
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal sholih, baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS.An-Nahl:97)
Hadits
“Selalu
wasitakan kebaikan kepada para wanita. Karena mereka diciptakan dari tulang
rusuk dan bagian yang paling bengkok dari jalinan tulang rusuk ialah tulang
rusuk bagian atas. Jika kalian paksa diri untuk meluruskannya, ia akan patah.
Tetapi jika kalian mendiamkannya, ia akan tetap bengkok. Karena itu,
wasiatkanlah kebaikan kepada wanita” (HR. Bukhari dan Abu Hurairah)
Syair
Bukan
dari tulang ubun ia dicipta. Sebab berbahaya membiarkannya dalam sanjung dan
puja. Tak juga dari tulang kaki. Karena nista menjadikannya diinjak dan
diperbudak. Tetapi dari rusuk kiri. Dekat ke hati untuk dicintai. Dekat ke
tangan untuk dilindungi.
Selaksa Hikmah Wanita
1. Hamil
2. Menyusui
3. Merawat
anaknya
4. Membersamai
suami dan mendorongnya untuk berjuang
5. Mengerjakan
pekerjaan rumah tangga
Peran Wanita
1. Dalam
pendidikan individu muslim
Wanita
berperan penting mempersiapkan anak-anak (laki-laki dan perempuan) untuk menjadi
muslimin dan muslimah. Wanita juga berperan keluar rumah untuk menyebarkan
kebaikan kepada seluruh wanita karena masyarakat wanita yang Islami tidak
mungkin terbentuk kecuali oleh wanita muslimah itu sendiri.
2. Menciptakan
rumah tangga muslim
“…wanita pemimpin atas
rumah suaminya dan atas anak-anaknya.” (Muttafaq ‘alaih).
Terwujudnya rumah tangga muslim mengharuskan wanita meluangkan waktu dan tugasnya
di dalam rumah. Tidak mungkin wanita muslimah berperan membangun rumah tangga
muslim, jika ia tidak mengenal Islam. Jika ia tidak ikut berpartisipasi bersama
saudari-saudarinya dalam arus pergerakan wanita Islam, maka disangsikan kemampuannya
mendidik putra-putrinya dengan dasar Islam. Hal ini membuat wanita
menggabungkan dua kewajiban di rumah dan aktivitas pergerakan.
3. Membentuk
masyarakat Islam
Masyarakat
merupakan sekumpulan orang yang terikat oleh hubungan dan
organisasi-organisasi. Pada masa sekarang lembaga masyarakat yang melayani wanita
(misalnya: lembaga pendidikan, kesehatan, sosial) membutuhkan keterlibatan
wanita di dalamnya.
4. Dalam
politik
Wanita
muslimah dibenarkan terjun ke politik asalkan tidak keluar dari adab-adab
Islam, tidak menyimpang dari aturan Islam, dan memerlukan bimbingan agar wanita
muslimah memiliki kesadaran politik.
Wanita suri tauladan dalam sejarah
1. Khadijah
Jasa
beliau: menyediakan makanan dan minuman untuk Nabi selama di Gua Hira’,
menghibur dan membesarkan hati Nabi ketika gentar dan goncang hatinya sewaktu
berhadapan dengan malaikat Jibril, wanita yang pertama masuk Islam, rela
mengorbankan harta untuk agama, pandai membagi waktu antara keperluan rumah
tangga dan membantu dakwah, dan melahirkan putra dan putri Nabi.
2. ‘Aisyah
Keutamaan: Putri
sahabat Nabi, turut hijrah ke Madinah dengan semangat keIslamannya, berperan
membantu meluruskan kekeliruan orang yang membuat kekacauan di masa Khalifah
Abu bakar, menyulutkan semangat kaum Muslimin di kala Khalifah Utsman dibunuh,
sangat dermawan, ahli sya’ir, ahli pidato, tempat bertanya para sahabat
sepeninggal Nabi, dan sangat tekun beribadah.
3. Fatimah
Az-zahra
Putri Nabi, wanita yang
sholihah karena dididik di rumah Kenabian, memelihara dan mengasuh rumah
tangganya dengan baik, memberikan pengajaran kepada sahabat Nabi karena beliau
terkenal sebagai wanita yang ahli hukum, agama, pandai, serta ahli sya’ir dan
tarikh.
4. Asiyah
“Sebaik-baik wanita di
syurga adalah: Khadijah, Fatimah, Maryam binti Imran, dan Asiyah istri Fir’aun”
(Hadits)
Asiyah
adalah wanita yang telah mengasuh Nabi Musa, beriman walaupun beliau istri raja
yang kafir dan dzalim, dan kebaikan ahlak perangainya.
Note
Buku yang disarankan dibaca: Adabul Mar’ah fil Islam karya Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah
dan Agar Bidadari Cemburu Padamu karya Salim A.Fillah.
# disampaikan pada kajian immawati Brawijaya
# disampaikan pada kajian immawati Brawijaya
Posted by Unknown
Semulia Akhlak Nabi: Amanah
“SEMULIA AKHLAK NABI:AMANAH”
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS.
Al-Anfal:27)
Amanah merupakan
akhlak yang mendasar dalam Islam. Sesungguhnya akhlak amanah merupakan sarana
dakwah untuk menuju perubuhan yang lebih baik. Amanah merupakan lawan kata dari
khianat. Dalam QS.Al-Anfal:27, Allah melarang kita mengkhianati Allah (meninggalkan
perintah-Nya)dan mengkhianati Rasul (tidak mengikuti, tidak melaksanakan, tidak
menyebarkan, dan meninggalkan Sunnahnya). Akhlak amanah juga terdapat pada QS.
An-Nisa’:58.
Urgensi
Amanah
1. Melaksanakan
amanah dapat menghapus kesalahan.
“Shalat lima
waktu, dari Jum’at ke Jum’at dan melaksanakan amanah merupakan kafarah bagi
dosa-dosa keduanya.” (HR.Ibnu Majah)
2. Apabila
kita mengamalkan maka kita dijamin masuk surga.
“Enam perkara
yang dapat menjamin kalian masuk surga: jujurlah jika berbicara, tepatilah jika
berjanji, laksanakanlah (amanat) jika kalian dipercaya, peliharalah kemlauanmu,
jagalah pandanganmu, dan tahanlah tanganmu” (HR.Ahmad)
3. Khianat
merupakan salah satu tanda kemunafikan dalam akhlak.
“Tanda-tanda kemunafikan
itu ada tiga: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia tidak menepati, dan
jika dipercaya ia mengkhianati.” (HR.Bukhari dan HR. Muslim)
4. Tidaklah
beriman orang yang tidak amanah.
“Tidaklah
dikatakan beriman bagi orang yang tidak mempunyai rasa amanah dan tidaklah
berIslam bagi orang yang tidak menepati janjinya.” (HR.Ahmad)
5. Apabila
kita mengamalkan berarti kita telah menggenggam dunia seisinya.
“Empat perkara
yang harus dimiliki oleh seseorang maka engkau tidak akan kehilangan dunia
seisinya: menjaga amanah, jujur dalam berbicara, berbudi pekerti, dan senantiasa
menjaga kesucian.” ( HR. Ahmad)
6. Salah
satu pesan Nabi pada khutbah wada’.
“Wahai manusia,
barangsiapa yang diserahi suatu amanah, hendaklah ia melaksanakannya pada orang
yang telah mempercayainya...” (HR. Ahmad)
Macam-macam
Amanah
1. Amanah
terhadap harta benda dan barang titipan.
“ Orang mukmin
adalah orang yang dapat menjaga kedamaian orang lain baik dari segi darahnya
maupun hartanya.” (HR.At-Tirmidzi)
2. Amanah
dalam jual beli.
“Pedagang yang
jujur lagi terpercaya berkumpul bersama dengan para Nabi, orang-orang yang
membenarkan, dan para syuhada.”
(HR. Ibnu Majah)
3. Amanat
Menjaga Rahasia
Menjaga
rahasia orang yang bercerita kepada kita. Hal ini terdapat pada HR. Abu Dawud,
At-Tirmidzi, dan Ahmad. Menjaga rahasia terkait suami-istri dan rumah tangga.
Hal ini terdapat pada HR.Muslim dan Abu Dawud
4. Amanat
berinteraksi dengan wanita.
Amanat
yang berhubungan dengan pergaulan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana
kisah Nabi Musa pada QS. Al-Qashash:23-26. Istri merupakan amanah yang terpikul
di pundak suami dan akan ditanyai pada saat kiamat ketika menghadap Allah.
5. Amanat
anak ketika berinteraksi dengan orang tua.
Tidak
mengambil harta tanpa sepengetahuan orang tua dan sebelum melakukan sesuatu
meminta izin serta persetujuan dari orang tua.
6. Amanat
yan tiada habis-habisnya
Mendidik
anak, kesehatan kita, mata, lidah, pendengaran, penciuman, rambut, dan segala sesuatu
yang kita miliki dan kita daya gunakan adalah amanat.
7. Amanat
dalam memikul agama Islam
Sesungguhnya
amanat menjaga agama ini adalah mendakwahkannya kepada seluruh manusia,
sebagaimana terdapat pada QS.Al-Imran:110
“Ya Allah, berilah kekuatan pada punggungku tanpa
kau kurangi bebanku.”
(Doa Umar bin Khatab)
Sumber: Semulia Akhlak Nabi, penulis
Amru Khalid, penerbit Aqwam
# disampaikan pada kajian Nasyiah
# disampaikan pada kajian Nasyiah
Etika Pergaulan Lawan Jenis dalam Islam
ETIKA
PERGAULAN LAWAN JENIS DALAM ISLAM
Berikut
ini adalah etika pergaulan dengan lawan jenis yang bukan mahram dalam Islam:
1. Menutup Aurat Secara Sempurna.
Allah berfirman, "Dan katakanlah kepada para perempuan
yg beriman agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang(biasa) terlihat.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putra" mereka, atau putra" suami
mereka, atau saudara" lk" mereka, atau putra" saudara lk"
mereka, atau putra" saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama
Islam) mereka, atau hamba sahaya yg mereka miliki, atau para pelayan
lk"(tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau
anak" yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka
menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai org" yang beriman, agar kamu
beruntung.
(QS. An-Nuur:31)
Firman Allah, “Wahai Nabi! Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab: 59).
(QS. An-Nuur:31)
Firman Allah, “Wahai Nabi! Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab: 59).
“Hai Asma, sesungguhnya perempuan
itu apabila telah sampai umur/dewasa, maka tidak patut menampakkan sesuatu dari
dirinya melainkan ini dan ini. Rasulullah berkata sambil menunjukkan kepada
muka dan telapak tangan hingga peregelangannya sendiri.” (HR.
Abu Dawud dan Aisyah)
”Dari Abu sa’id
RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Seorang laki-laki tidak boleh melihat
aurat sesama lelaki, begitu pula seorang perempuan tidak boleh melihat aurat
perempuan. Seorang laki-laki tidak boleh bersentuhan kulit sesama lelaki dalam satu
selimut, begitu pula seorang perempuan tidak boleh bersentuhan kulit dengan
sesama perempuan dalam satu selimut.” (HR. Muslim)
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata :
“Rasulullah SAW melaknat kaum laki-laki yang suka menyerupai kaum wanita dan
melaknat kaum wanita yang suka menyerupai kaum laki-laki.” (HR. Bukhari)
2. Menjaga Pandangan
Allah Swt berfirman, “Katakanlah kepada
laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui atas apa yang mereka
perbuat. Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya….” (QS An-Nur : 30-31). “Tidaklah
seorang Muslim sedang melihat keindahan wanita kemudian ia menundukkan
pandangannya, kecuali Allah akan menggantinya dengan ibadah yang ia dapatkan
kemanisannya.” (HR. Ahmad)
“Semua mata pada hari kiamat akan
menangis, kecuali mata yang menundukkan atas apa yang diharamkan oleh Allah,
mata yang terjaga di jalan Allah, dan mata yang menangis karena takut kepada
Allah.” (HR. Ibnu Abi Dunya)
Awal dorongan syahwat adalah
dengan melihat. Maka jagalah kedua mata ini agar terhindar dari tipu daya setan.
Tentang hal ini Rasulullah bersabda, “Wahai
Ali, janganlah engkau iringkan satu pandangan (kepada wanita yang bukan mahram)
dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu (halal) bagimu, tetapi
tidak yang kedua!” (HR. Abu Daud). Rasulullah S.A.W bersabda: ”Pandangan
mata itu merupakan panah beracun dari panah Iblis. Barang siapa meninggalkannya
karena takut Allah S.W.T, maka Allah memberinya keimanan yang mana ia akan
memperoleh kemanisannya didalam hati”.
Pandangan terhadap lawan jenis
tetap harus dijaga, bukan berarti kita tidak melihat lawan jenis sama sekali,
namun menjaga mata agar tidak saling menatap, sebab tatapan mata yang
berlama-lama dapat mempengaruhi perasaan sehingga setan sangat leluasa menggoda. Rukhshoh (keringanan) hanya diberikan kepada
mereka yang terlibat dalam proses belajar mengajar, transaksi jual beli,
memberikan kesaksian, berobat, dan saat khitbah.
Tata cara khitbah: calon
istri didatangi, didampingi oleh wakil masing-masing keluarga, masing-masing
calon boleh saling melihat supaya tidak salah pilih, sampaikan maksudnya, jika
sudah yakin mau meneruskan tahap, jika tidak cocok atau belum sampaikan juga,
tidak ada syariat tukar cincin.
3.
Tidak Melunakkan Ucapan
(Percakapan)
Ketika berbicara dengan lawan jenis
harus yang tegas namun tidak dengan nada membentak dan tidak pula mendayu-dayu.
Yang penting lawan bicara mengerti apa yang kita ucapkan. Firman Allah SWT, “Wahai istri-istri Nabi, kamu tidak seperti
perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemahlembutkan
suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang
baik.” (Al-Ahzaab: 32)
Berkata Imam Ibnu Katsir; Ini adalah beberapa etika yang diperintahkan oleh Allah kepada para istri Rasulullah SAW serta kepada para wanita mukminah lainnya, yaitu hendaklah dia kalau berbicara dengan orang lain tanpa suara merdu, dalam pengertian janganlah seorang wanita berbicara dengan orang lain sebagaimana dia berbicara dengan suaminya. (Tafsir Ibnu Kathir 3/350). Selain itu berdialog, baik dengan bicara langsung maupun via telpon atau SMS, hendaknya hanya yang penting-penting saja dan sebisa mungkin berhubungan dengan urusan dakwah serta tidak terlalu sering. Hindari telepon, sms, chatting, bahasa yang terlalu akrab, dan bercanda yang berlebihan pada dunia nyata maupun dunia maya karena dapat menimbulkan bekas di hati pengirim dan penerima. Aktivitas perempuan dalam konteks hubungan interpersonal dengan laki-laki, yaitu:
a. Hayatu ‘aam
Hayatul ‘aam atau kehidupan umum bagi perempuan adalah seputar kehidupan yang menyangkut perkara pendidikan, mu’amalah, kesehatan. Hayatul ‘aam ini maknanya bagi perempuan, dia boleh bercerita tentang ketiga perkara tadi, selebihnya tidak boleh karena sudah menyangkut hayatul khas. Bagi laki-laki manapun hanya cukup untuk mengetahui ”hayatul ’aam”, kehidupan umumnya saja, seperti contoh diatas: pendidikan, tempat tinggal, hobi, aktivitas di lembaga dan lain-lain.
2.Hayatul khas
Hayatul khas atau kehidupan khusus adalah perkara seputar kehidupan privasi perempuan, dan ini hanya boleh di ketahui oleh keluarga ‘mahram’ dan jama’ah perempuan saja atau dalam hal perempuan yang bersangkutan sudah dalam ikatan khitbah. Contoh hayatul khas adalah: keadaan dirinya dan keluarga secara detil, target hidup akhwat, target hidup dalam berdakwah serta kehidupan sehari-harinya.
Berkata Imam Ibnu Katsir; Ini adalah beberapa etika yang diperintahkan oleh Allah kepada para istri Rasulullah SAW serta kepada para wanita mukminah lainnya, yaitu hendaklah dia kalau berbicara dengan orang lain tanpa suara merdu, dalam pengertian janganlah seorang wanita berbicara dengan orang lain sebagaimana dia berbicara dengan suaminya. (Tafsir Ibnu Kathir 3/350). Selain itu berdialog, baik dengan bicara langsung maupun via telpon atau SMS, hendaknya hanya yang penting-penting saja dan sebisa mungkin berhubungan dengan urusan dakwah serta tidak terlalu sering. Hindari telepon, sms, chatting, bahasa yang terlalu akrab, dan bercanda yang berlebihan pada dunia nyata maupun dunia maya karena dapat menimbulkan bekas di hati pengirim dan penerima. Aktivitas perempuan dalam konteks hubungan interpersonal dengan laki-laki, yaitu:
a. Hayatu ‘aam
Hayatul ‘aam atau kehidupan umum bagi perempuan adalah seputar kehidupan yang menyangkut perkara pendidikan, mu’amalah, kesehatan. Hayatul ‘aam ini maknanya bagi perempuan, dia boleh bercerita tentang ketiga perkara tadi, selebihnya tidak boleh karena sudah menyangkut hayatul khas. Bagi laki-laki manapun hanya cukup untuk mengetahui ”hayatul ’aam”, kehidupan umumnya saja, seperti contoh diatas: pendidikan, tempat tinggal, hobi, aktivitas di lembaga dan lain-lain.
2.Hayatul khas
Hayatul khas atau kehidupan khusus adalah perkara seputar kehidupan privasi perempuan, dan ini hanya boleh di ketahui oleh keluarga ‘mahram’ dan jama’ah perempuan saja atau dalam hal perempuan yang bersangkutan sudah dalam ikatan khitbah. Contoh hayatul khas adalah: keadaan dirinya dan keluarga secara detil, target hidup akhwat, target hidup dalam berdakwah serta kehidupan sehari-harinya.
Hukum perempuan menyanyi di depan
laki-laki: haram, apalagi jika memakai lenggak-lenggok, seperti umumnya
penyanyi. Tetapi kalau menyanyi paduan suara atau menjadi dirigen seperti mars
organisasi, ada yang berpendapat boleh.
4.
Tidak
berdua-duaan (khalwat).
Rasulullah SAW bersabda "Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia menyendiri
dengan seorang perempuan yang bukan mahramnya, karena yang ketiga adalah
syaitan." (HR. Ahmad). Bila
berinteraksi alangkah baiknya lebih dari dua orang serta yang diperbincangkan
tidak bersifat pribadi atau hal-hal lain seperti curhat. Dari Ibnu Abbas berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
Janganlah seorang lelaki berdua-duaan (khalwat) dengan wanita kecuali wanita
itu disertai mahramnya.” (Hadis Riwayat Bukhari & Muslim)
5.
Tidak
melakukan ikhtilat (berbaur antara pria dengan wanita dalam satu tempat)
Menggunakan hijab bila sedang rapat.
Selain untuk menjaga pandangan dan konsentrasi, juga menghindari ikhtilat. Bila
belum mampu menggunakan hijab, dibuat jarak yang cukup antara perempuan dan
laki-laki. Selain itu rapat juga tidak boleh diadakan sampai malam mengingat
biasanya ada jam malam untuk perempuan. Hal ini diungkapkan Abu Asied, “Rasulullah saw pernah keluar dari masjid
dan pada saat itu bercampur baur laki-laki dan wanita di jalan, maka beliau berkata:
“Mundurlah kalian (kaum wanita), bukan untuk kalian bagian tengah jalan; bagian
kalian adalah pinggir jalan (HR. Abu Dawud). Selain itu Ibnu Umar berkata, “Rasulullah melarang laki-laki berjalan
diantara dua wanita.” (HR. Abu Daud). Ikhtilat ini
sangat banyak terjadi dalam kehidupan bermasyarakat seperti di dalam kendaraan
umum, di pasar, dll. Menurut Dr. Abdul Karim Zaidan hal seperti ini
dikategorikan sebagai bentuk dhorurat, selama kita memang belum mampu
mengubahnya, namun apabila kita bisa mengaturnya, maka hukum dhorurat tidak
berlaku lagi.
6. Tidak
Menyentuh Kaum Berlawanan Jenis
Dari Aishah berkata, “Demi ALLAH, tangan Rasulullah tidak pernah
menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat.” (Hadis Riwayat
Bukhari).
Hindarilah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk
berjabatan tangan sebagaimana dicontohkan Nabi saw, “Sesungguhnya aku tidak berjabatan tangan dengan wanita.” (HR. Malik,
Tirmizi dan Nasa’i). Dalam keterangan lain disebutkan, “Tak pernah tangan Rasulullah menyentuh wanita yang tidak halal
baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah bersabda: “Seseorang dari kamu lebih baik ditikam kepalanya dengan jarum dari
besi daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” (HR.
Thabrani).
7.
Dilarang
bagi wanita bepergian sendirian tanpa mahramnya sejauh perjalanan satu hari.
“
Dari Abu Hurairah, ia berkata,”Rasulullah SAW bersabda : Tidak halal bagi
seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian yang
memakan waktu sehari semalam kecuali bersama mahramnya.”(HR. Bukhari Muslim)
Jika: tidak bisa menjaga auratnya, tidak bisa
terjaga keamanannya, menimbulkan hal-hal yang negatif
Kehormatan seorang muslim sangatlah
penting dipelihara di dalam Islam, sampai-sampai untuk mendekati zinanya saja
sudah dilarang. Seperti yang difirmankan Allah dalam QS. Al-Isra’:32 “Dan janganlah kamu mendekati zina,
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk”. Pelanggaran-pelanggaran atas etika di atas dapat dikategorikan
kepada hal-hal yang mendekati zina karena jika dibiarkan, bukan tidak mungkin
akan mengarah pada zina yang sesungguhnya, na’udzubillah. Dari Abu Hurairah dari Rasulullah
SAW bersabda, “Sesungguhnya ALLAH
menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya.
Zina mata dengan memandang, zina lisan dengan berbicara, sedangkan jiwa
berkeinginan serta berangan-angan, lalu farji yang akan membenarkan atau mendustakan
semuanya.” (Hadis Riwayat Bukhari, Muslim & Abu Daud)
Pelanggaran batas-batas pergaulan ini biasanya disebabkan
karena hal-hal di bawah ini:
1. Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan dan akhwat.
2. Sudah mengetahui namun belum memahami.
3. Sudah mengetahui namun tidak mau mengamalkan.
4. Sudah mengetahui dan memahami namun tergelincir karena
lalai.
Maka, bersama-sama kita saling
menjaga pergaulan lawan jenis. Agar tidak terjerumus ke dalam kategori yang
mendekati zina. Pergaulan
antara perempuan dan laki-laki tetap diperbolehkan dalam Islam asalkan semua
pergaulan yang dilakukan didasarkan atas perintah-perintah Allah dan Rasulnya,
serta mengikuti anjuran Al-Quran, Hadits, dan As-sunnah. Jangan sampai
pergaulan yang kita lakukan antara perempuan dan laki-laki merupakan pergaulan
yang dapat mengundang murka Allah, dan setiap orang (perempuan dan laki-laki)
harus memperhatikan dan menjaga dirinya baik- baik.
# disampaikan pada kajian immawati Brawijaya